Langkah Pengusaha Dorong Sektor UMKM

Sektor UMKM tahan guncangan terlihat pada krisis 1998 dan 2008.

oleh Achmad Dwi Afriyadi diperbarui 17 Okt 2015, 09:13 WIB
Diterbitkan 17 Okt 2015, 09:13 WIB
8 Produk Unggulan UMKM Khas Banjar
Salah satu pameran UMKM yang diselenggarakan di Jakarta.

Liputan6.com, Jakarta - Pengusaha tergabung dalam Kamar Dagang Industri (Kadin) Indonesia menggelar Klinik Bisnis di berbagai daerah salah satunya Gorontalo. Klinik tersebut untuk mendorong perekonomian khususnya di sektor usaha mikro kecil menengah (UMKM).

Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Bidang Perbankan dan Finansial, Rosan Perkasa Roeslani menerangkan, Kadin Indonesia telah mendirikan PT Palapa Nusantara Berdikari kemudian terhitung 2013 bersama Kementerian Perdagangan RI dan lembaga terkait, termasuk PT Bank Mandiri Tbk dan Asosiasi Ekspor Indonesia (ASEI) menggelar Klinik Bisnis di berbagai daerah.

"Melalui klinik inilah, PT Palapa Nusantara Berdikari akan menjaring UMKM potensial yang memiliki potensi ekspor dan dinilai layak untuk mendapatkan bantuan modal lewat pola kemitraan," ujarnya dalam keterangan tertulis, Sabtu (17/10/2015).

Dengan klinik ini, Rosan menuturkan, akan mendorong pelaku usaha UMKM agar membidik pasar yang lebih luas termasuk ekspor.

Dia menuturkan kontribusi UMKM ke perekonomian nasional sangat signifikan. Sumbangsih UMKM pada Produk Domestik Bruto (PDB) dalam lima tahun terakhir selalu berada di kisaran 50 persen setiap tahun, dengan jumlah yang mencapai 98 persen dari total pelaku usaha Tanah Air.

Dia mengatakan, sektor UMKM juga tahan guncangan terlihat pada krisis 1998 dan 2008. Dimana keberadaan UMKM relatif stabil. “Untuk itulah keberadaan UMKM perlu terus didorong dan mendapat perhatian serius para pemangku kepentingan ekonomi,” ujarnya.

Namun begitu, dia bilang UMKM hingga saat ini masih menghadapi kendala utama dari sisi akses ke permodalan. Skema pembiayaan utama melalui jalur perbankan relatif konservatif, dengan persyaratan yang ketat dan pola yang rumit bagi pelaku UMKM.

Di sisi lain, UMKM memiliki nilai keuntungan yang terhitung kecil dan kebutuhan dana relatif cepat sehingga kurang mendapatkan prioritas alokasi kredit perbankan, meskipun memiliki potensi yang besar.

“UMKM membutuhkan pendekatan dengan skema yang fleksibel, termasuk dalam hal bunga dan tenor pinjaman. Hal ini dikarenakan sistem pengelolaannya rata-rata di bawah standar profesional. Untuk itulah Kadin Indonesia menilai penting untuk menghadirkan sistem pembiayaan alternatif yang dialokasikan khusus bagi sektor UMKM,” tutupnya. (Amd/Gdn)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya