Harga Minyak Anjlok, Target Pendapatan Negara Bukan Pajak Turun

Pendapatan Negara Bukan Pajak yang berasal dari sektor sumberdaya alam ditargetkan sebesar Rp 124,9 triliun.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 03 Nov 2015, 20:09 WIB
Diterbitkan 03 Nov 2015, 20:09 WIB
20151007-Ilustrasi Tambang Minyak
Ilustrasi Tambang Minyak (iStock)

Liputan6.com, Jakarta - Target Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) dalam Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) 2016 mengalami penurunan. adanya penurunan tersebut dipengaruhi anjloknya lifting dan harga minyak.

Menteri Keuangan, Bambang Brodjonegoro mengatakan, target PNBP dalam APBN 2016 tercatat Rp 280,3 triliun. Nilai tersebut turun Rp 6,4 triliun jika dibandingkan dengan RAPBN 2016 yang tercatat Rp 273,8 triliun.

PNBP tersebut berasal dari sektor sumberdaya alam yang ditargetkan dalam APBN 2016 sebesar Rp 124,9 triliun turun Rp 6,1 triliun dari target Rancangan APBN 2016 yang sebesar Rp 131 triliun. 

Penurunan PNBP sumber daya alam paling besar dipengaruhi oleh PNBP sektor migas, yang turun Rp 6,2 trilun, dari target RAPBN 2016 yang tercatat Rp 84,8 triliun menjadi hanya Rp 78,6 triliun. 


"Penyebabnya karena penurunan harga minyak penurunan lifting," kata Bambang, dalam konferensi pers di Kantor Direktorat Jenderal Pajak, Jakarta, Selasa (3/11/2015).

Sedangkan PNBP dari sektor non migas ditargetkan dalam APBN 2016 sebesar Rp 45,3 triliun, PNPB dari pendapatan bagian laba BUMN ditargetkan Rp 34,2 triliun, PNBP lainnya Rp 79,4 triliun dan pendapatan Badan Layanan Umum dana sawit Rp 35,4 triliun.

Bambang juga mengungkapkan, target pendapatan dan juga belanja negara dalam Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) 2016 lebih rendah jika dibanding dengan Rancangan APBN 2016. Penurunan tersebut terjadi karena asumsi makro dalam APBN 2016 juga lebih rendah dibanding dengan RAPBN 2016.

Asumsi makro yang mengalami penurunan antara lain pertumbuhan ekonomi dari 5,5 persen dalam RAPBN 2015 menjadi 5,3 persen dalam APBN 2016.

Selain itu, harga acuan minyak Indonesia atau Indonesian Crude Price (ICP) juga turun US$ 10 per barel dari US$ 60 per barel dalam RAPBN 2016 menjadi US$ 50 per barel ‎dalam APBN 2016.

"‎Beberapa hal penting perlu diperhatikan. Ada beberapa perbedaan antara APBN dengan nota keuangan yang diajukan pada 14 agutus 2015," kata Bambang.

Menurut Bambang, dengan menurunnya asumsi makro tersebut, akan berpengaruh pada pendapatan negara yang juga mengalami penurunan dari Rp 1848,1 triliun menjadi Rp 1822,5 triliun dalam APBN 2016.

Kosekuensinya akan ada penurunan pendapatan dana belanja Rp 1822,5 triliun, lebih rendah Rp 25,6 triliun dibanding nota keuangan," paparnya.

Bambang menambahkan, selain pendapatan dampak penurunan ‎juga terjadi pada belanja negara, dalam RAPBN 2016 belanja negara diusulkan, Rp 2121,3 triliun turun Rp 25 trilun sehingga dalam APBN 2016 menjadi Rp 2095,7 triliun.

"Kalau defisit angka sama Rp 273,2 triliun atau 2,15 persen terhadap PDB kalau lihat angkanya sama," pungkasnya. (Pew/Gdn)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya