Newmont Belum Bahas Penjualan Saham dengan Arifin Panigoro

PT Newmont Nusa Tenggara mempertimbangkan setiap proposal yang masuk terkait penjualan saham Newmont

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 26 Nov 2015, 18:27 WIB
Diterbitkan 26 Nov 2015, 18:27 WIB
Ilustrasi Newmont 3
Ilustrasi Newmont 3

Liputan6.com, Jakarta - PT Newmont Nusa Tenggara (NNT) menyatakan belum melakukan pembahasan penjualan saham dengan pengusaha nasional Arifin Panigoro.

Group Executives Newmont Mining Corporation Omar Jabara ‎mengatakan, kedua belah pihak belum melakukan diskusi hingga kini terkait penjualan saham perusahaan sebesar 76 persen dengan nilai US$ 2,2 miliar atau sekitar Rp 30,23 triliun (asumsi kurs Rp 13.743 per dolar AS).‎

"Hingga saat ini belum ada pembahasan terkait pembelian aset Newmont yang memenuhi kriteria," kata Omar, di Jakarta, Kamis (26/11/2015).

Omar menuturkan, perusahaan tambang asal Amerika Serikat tersebut, akan mempertimbangkan tawaran pembeli asetnya tersebut. Ada beberapa perusahaan yang sudah menawarkan namun ia tidak sebutkan. "Newmont dapat mempertimbangkan setiap proposal-proposal tersebut,"‎ ujar dia.

Menteri Koordinator Maritim dan Sumber Daya Rizal Ramli memuji langkah pengusaha nasional Arifin Panigoro yang mengambilalih 76 persen  saham Newmont senilai US$ 2,2 miliar.

Arifin juga sudah menyatakan komitmennya membantu pengembangan Labuhan Bajo, NTT  dan Lombok, NTB sebagai destinasi andalan melalui dana Corporate Social Responsibility (CSR)-nya.

"Inisiatif pak Arifin mengakuisisi Newmont sangat  bagus. Ini membuktikan bahwa kekuatan nasional mampu membeli dan mengelola pertambangan besar. Ini penting, karena selama ini selalu didengung-dengungkan seolah-olah kita tidak mampu," ujar Rizal Ramli.

Rizal mengatakan, hal lain yang membanggakan dari langkah ini, yaitu Arifin sudah menyiapkan sejumlah rencana pengembangan. Salah satunya adalah komitmennya untuk membangun smelter (pemurnian) yang bisa meningkatkan nilai tambah hasil tambang.

Terkait pembangunan smelter, Arifin menyatakan pihaknya akan langsung mengerjakan pembangunannya begitu proses akusisi tuntas. Diharapkan semua soal  teknis akuisisi bisa tuntas pada akhir Desember. Dengan demikian, pembangunan smelter bisa dikerjakan pada awal tahun depan.

"Saat ini produksi Newmont mencapai 400.000 ton tembaga. Sedangkan emasnya tidak terlalu banyak. Kami akan membangun smelter dengan kapasitas 500.000 ton, sekaligus sebagai persiapan bila tambang di sebelah ladang Batu Hijau mulai berproduksi," urai Arifin.

Hal lain yang diminta Rizal Ramli kepada Arifin, adalah agar tambang PT Newmont Nusa Tenggara tidak berubah menjadi kluster seperti pertambangan besar lainnya. Sistem kluster telah menimbulkan kesenjangan yang amat lebar dengan penduduk sekitar tambang.

"Di lokasi tambang infratsruktur dan sarana dibangun sangat mewah. Sebaliknya di permukiman sekitar tambang tetap saja miskin dan terbelakang," kata Rizal. (Pew/Ahm)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya