Liputan6.com, Jakarta - PT Sigi Kaca Pariwiara pengembang produk aplikasi Adstensity memperkirakan belanja iklan TV pada 2016 mencapai Rp 85,68 triliun. Jumlah tersebut tumbuh 20 persen dari belanja iklan tahun ini yang diperkirakan hanya ada di kisaran Rp 71,4 triliun.
CEO Sigi Kaca Pariwara, A Sapto Anggora mengatakan, belanja iklan TV pada tahun ini memang tak secerah tahun sebelumnya. Dari data sementara yang ada, belanja iklan pada 2015 ini hanya mencapai 66 persen dari belanja iklan 2014 yang tembus Rp 99 triliun.
Sapto melanjutkan, untuk tahun depan, Sigi Kaca lebih optimistis memandang belanja iklan TV. Optimistis tersebut bukan berarti bisa tumbuh tinggi namun setidaknya mengalami kenaikan jika dibandingkan dengan tahun ini yang mengalami penurunan.
Baca Juga
Sapto tidak menargetkan pertumbuhan yang cukup tinggi karena memang pada tahun depan tidak ada momen besar yang mampu mendongkrak belanja iklan. "Tidak ada peristiwa besar, paling besar cuma Piala Eropa di Prancis, di situ akan rebutan dan itu berlangsung dini hari," kata dia di Jakarta, Kamis (10/12/2015). Pertumbuhan iklan tahun depan juga hanya akan mengandalkan momen Lebaran.
Di luar itu Sapto banyak berharap dengan pertumbuhan belanja iklan TV dengan adanya perkembangan e-commerce. Tingginya minat masyarakat Indonesia berbelanja secara online membuat perusahaan-perusahaan e-commerce beriklan di TV.
Sementara, jatuhnya belanja iklan di tahun ini disebabkan oleh perekonomian yang memang melambat. Tercatat, pertumbuhan ekonomi RI sampai kuartal III 2015 hanya sebesar 4,73 persen di bawah harapan. Perlambatan pertumbuhan ekonomi tersebut membuat perusahaan-perusahaan mulai memangkas ekspansinya.
Dia menerangkan, terhitung 1 Januari 2015-30 November 2015 perolehan iklan TV sekitar Rp 65,5 triliun. Dengan pertumbuhan rata-rata Rp 5,9 triliun dipastikan sulit menyamai belanja iklan tahun lalu sebesar Rp 99 triliun.
Lebih lanjut di 2015 tidak ada momen besar seperti tahun 2014. Pada tahun 2014, sebagai diketahui ada Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden (Pilpres), Pemilihan Umum Legislatif (Pileg) serta momen Piala Dunia 2014. "Kalau situasi anomali, spending dipakai landasan dipakai berikutnya memang gagalnya tinggi," tandas dia. (Amd/Gdn)
**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini
**Ingin berdiskusi tentang topik-topik menarik lainnya, yuk berbagi di Forum Liputan6
Advertisement