Pemerintah Siap Bangun Sentra Logistik Dekat Industri Tekstil

Pekerjaan rumah yang dihadapi oleh pemerintah saat ini untuk memajukan industri tekstil dan sepatu adalah ketersediaan bahan baku.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 17 Des 2015, 20:00 WIB
Diterbitkan 17 Des 2015, 20:00 WIB
Investasi Teksil Meningkat Saat Ekonomi Lesu
Pekerja memeriksa hasil produksi,Tangerang, Banten, Selasa (13/10/2015). Industri tekstil di dalam negeri terus menggeliat. Hal ini ditandai aliran investasi yang mencapai Rp 4 triliun (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menyatakan bahwa pemerintah siap untuk membangun sentra logistik di sekat industri tekstil dan sepatu. Langkah tersebut dilakukan agar industri tekstil dan sepatu bisa mendapat bahan baku dengan mudah.

Kepala BKPM, Franky Sibarani mengatakan, ‎pekerjaan rumah yang dihadapi oleh pemerintah saat ini untuk memajukan industri tekstil dan sepatu adalah ketersediaan bahan baku. Pasalnya, pemerintah saat ini sedang melakukan pengetatan pengawasan bahan baku dari luar negeri. 

"PR ke depan akibat dari pengetatan pengawasan impor sehingga sangat dibutuhkan dukungan pemerintah untuk memastikan kebutuhan bahan baku dari industri dalam negeri karena sekarang disinyalir banyak kontainer tidak bisa masuk,"‎ kata Franky, di kantor BKPM, Jakarta, Kamis (17/12/2015).

‎Menurut Franky, harus ada solusi untuk mengatasi hal tersebut agar indusri tekstil dan sepatu tetap berjalan. "Tentu harus dipikirkan bagaimana memasok dari dalam negeri. Hilirisasi industri dalam negeri saat ini sangat rendah, kami akan bantu beri sinyal kepada industri tekstil agar mau meningkatkannya," tuturnya.


Menurut Franky solusi tersebut adalah dengan membangun pusat logistik yang dekat dengan sentra industri , dengan begitu memudahkan pengusaha memperoleh bahan baku. "ke depan kami siapkan pusat logistik berikat berdekatan dengan sentra industri," jelasnya.

Franky melanjutkan, BKPM optimistis produk tekstil dan sepatu asal Indonesia mampu berbicara lebih banyak di pasar dunia. Hal ini seiring dengan tumbuhnya investasi pada kedua sektor tersebut. Dia menjelaskan, saat ini produk tekstil Indonesia hanya menguasai sekitar 1,85 persen pasar dunia. Sedangkan produk sepatu baru sebesar 4 persen dari pasar dunia.

"Potensi untuk berkontribusi ke pasar global untuk kedua sektor ini masih sangat besar. Pada 2014 industri tekstil (garmen) Indonesia baru menguasai 1,85 persen market dunia. Sementara sepatu baru 4 persen pasar dunia. Jadi masih sangat kecil," ujarnya.

Namun, jika melihat antusias investasi dari kedua sektor tersebut, Franky yakin kontribusi kedua sektor tersebut di pasar dunia akan mengalami peningkatan dalam beberapa tahun ke depan. "Tapi kalau dilihat antusias investor untuk berinvestasi di kedua sektor itu luar biasa. Untuk sepatu saja semester I naiknya 600 persen, tekstil naik 56 persen. Belum lagi izin prinsip yang keduanya meningkat," lanjut dia.

Selain itu, untuk mendorong ekspor produk tekstil dan sepatu, pemerintah juga bakal melakukan beberapa pembenahan. Pertama, yaitu terkait dengan pengupahan. "Yang dibenahi misalnya pengupahan, harus berikan kepastian bagi pekerja dan investor. Selama ini itu kunci yang jadi pertanyaan investor," katanya.

Kedua, yaitu soal jaminan keamanan bagi sektor usaha untuk berbisnis di dalam negeri. Dan ketiga, pemerintah akan melakukan negosiasi kerjasama perdagangan dengan kawasan yang dianggap potensial seperti Uni Eropa dan Amerika Serikat. (Pew/Gdn)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya