Liputan6.com, Jakarta - George Soros, miliarder yang juga pelaku bisnis keuangan dan ekonomi, penanam modal saham, serta aktivis politik asal Amerika Serikat (AS) membuat pernyataan mencengangkan.
Dalam wawancaranya dengan Bloomberg pada perhelatan World Economic Forum di Davos, Swiss, Soros mengungkapkan Donald Trump memiliki andil dalam pendanaan kelompok teroris radikal, ISIS.
Dikutip dari laman Forbes, Jumat (22/1/2016), Soros menuturkan bahwa cara-cara yang dilakukan oleh Trump dalam kampanyenya menjadi Presiden Amerika Serikat justru secara tidak langsung memperlihatkan dukungannya terhadap keberadaan ISIS.
Advertisement
Baca Juga
Trump menggunakan metode vitriol anti-imigran yang melarang umat beragama Islam untuk masuk ke Negeri Paman Sam. Menurut Soros, cara ini secara tidak langsung justru dapat menjadikan umat muslim lebih radikal sehingga satu-satunya jalan yang dapat mereka ambil adalah memilih untuk menjadi teroris.
Soros juga menilai, keberadaan ISIS kini semakin terpojokkan akibat wilayah kekuasaannya mampu direbut kembali oleh pemerintah Irak dan Suriah.
Munculnya ISIS dan ambruknya Timur Tengah telah menciptakan krisis bagi Eropa. Soros berpendapat hal ini diakibatkan oleh keputusan yang dibuat oleh Kanselir Jerman Angela Merkel. Keputusannya untuk menyediakan negara untuk pengungsi justru menjadi bumerang bagi dirinya.
"Dia mempertaruhkan modal politik dan hilang," kata Soros.
Meskipun demikian, ia optimistis Jerman dan negara-negara Eropa lainnya berhasil mengatur dan mengintegrasikan migran.
George Soros dikenal masyarakat luas sebagai seorang miliarder yang berhasil mengumpulkan pundi-pundi uang di pasar modal.
Dalam daftar miliarder dunia versi Forbes, George Soros menempati posisi 16 dengan kekayaan US$ 24,5 milliar. Sementara Donald Trump menempati posisi 121 dengan kekayaan sebesar US$ 4,4 miliar. (Vna/Ndw)