Rupiah Menguat ke 13.657 per Dolar AS di Awal Februari Ini

Nilai tukar rupiah mampu menguat tajam di awal Februari 2016 ini hingga menyentuh level 13.600 per dolar AS.

oleh Arthur Gideon diperbarui 01 Feb 2016, 10:45 WIB
Diterbitkan 01 Feb 2016, 10:45 WIB
kurs rupiah
Nilai tukar rupiah mampu menguat tajam di awal Februari 2016 ini hingga menyentuh level 13.600 per dolar AS.

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah mampu menguat tajam di awal Februari 2016 ini hingga menyentuh level 13.600 per dolar AS. Pendorong penguatan rupiah karena performanya yang cukup atraktif jika dibandingkan dengan mata uang lainnya.

Seperti dikutip dari Bloomberg, Senin (1/2/2016), rupiah berada di level 13.662 per dolar AS pada pukul 10.00 WIB. level tersebut menguat jika dibandingkan dengan pembukaan yang ada di angka 13.775 per dolar AS dibandingkan dengan penutupan pada pekan lalu yang ada di angka 13.778 per dolar AS.

Sejak pagi rupiah berada di kisaran 13.657 per dolar AS hingga 13.780 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah telah menguat 0,87 persen.

Sedangkan berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI) rupiah ada di level 13.699 per dolar AS, menguat jika dibandingkan dengan perdagangan sebelumnya yang ada di level 13.846 per dolar AS.

Nilai tukar rupiah mampu menguat dalam dua hari terakhir setelah mengalami tekanan yang cukup dalam selama hampir enam pekan. Penguatan rupiah terjadi karena adanya spekulasi masuknya dana-dana asing di tengah adanya pelonggaran moneter oleh beberapa bank sentral terbesar di dunia.

Penguatan rupiah memang seiring dengan penguatan mata uang Asia lainnya. Namun rupiah mampu menguat cukup tajam. Pendorongnya adanya pernyataan dari bank sentral Jepang yang akan menjalankan kebijakan pelonggaran moneter menyusul yang dilakukan oleh bank sentral Eropa.

"Rupiah menawarkan imbal hasil yang menarik karena performanya berada di bawah mata uang lainnya," tutur analis mata uang Commonwealth Bank of Australia, Andy Ji.

Selain itu, penguatan rupiah tersebut karena pemerintah dan Bank Indonesia mampu menjaga stabilitas ekonomi dengan baik. Inflasi sesuai dengan target yang ditentukan.

Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo menolak tekanan banyak pihak untuk menurunkan suku bunga acuan pada tahun lalu dan lebih memilih menunggu realisasi angka inflasi dan kenaikan suku bunga acuan bank sentral AS (The Fed).

Analis Aberdeen Asset Management Plc, London, Inggris, Edwin Gutierrez, menjelaskan arus modal kembali masuk ke Indonesia dengan terjaganya angka inflasi yang membuat rupiah terus mengalami penguatan.

"Setelah BI menurunkan suku bunga acuan di bulan ini, arus modal yang masuk tersebut tetap terjaga," tuturnya. (Gdn/Ahm)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya