Minat Investasi Jepang ke RI Capai Rp 60,5 Triliun

Minat investasi yang muncul dari pengusaha Jepang tidak lagi didominasi oleh sektor tradisional seperti sektor otomotif dan elektronik.

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 02 Feb 2016, 14:38 WIB
Diterbitkan 02 Feb 2016, 14:38 WIB
20160121-Preskon BKPM Pencapaian Investasi 2015-Jakarta-Angga Yuniar
Kepala BKPM, Franky Sibarani (tengah) dan Deputi Bidang Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal BKPM, Azhar Lubis (kanan) usai memberikan keterangan pers di Gedung BKPM, Jakarta, Kamis (21/1/2016). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Kegiatan untuk menarik investasi ke Indonesia yang dilakukan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Franky Sibarani ke Jepang pada pekan lalu, mampu menarik para investor di Negara Sakura tersebut. Tercatat, beberapa pengusaha Jepang menyatakan minatnya untuk berinvestasi di Indonesia dengan nilai US$ 4,48 miliar  atau kurang lebih Rp 60,5 triliun (estimasi kurs: Rp 13.500 per dolar AS). 

Kepala BKPM, Franky Sibarani mengungkapkan, nilai tersebut terdiri atas minat untuk melakukan perluasan investasi sebesar US$ 40 juta, minat investasi baru sebesar US$ 1,725 miliar dan komitmen investasi ditandai dengan telah memiliki izin prinsip (IP) sebesar US$ 2,719 miliar.

Dalam kegiatan roadshow pemasaran investasi di Jepang yang dilaksanakan 25-28 Januari tersebut, Kepala BKPM secara berturut-turut telah melakukan promosi investasi ke empat prefektur yaitu Aichi (Nagoya), Okayama, Tokyo dan Saitama.

“Kunjungan yang dilakukan bertujuan untuk meyakinkan calon investor potensial serta bertemu dengan investor yang telah menanamkan modalnya di Indonesia. Selain itu, kami juga menyelesaikan beberapa persoalan yang mereka hadapi,” ujarFranky dalam keterangan resminya, Selasa (2/2/2016).

Minat investasi yang muncul dari pengusaha Jepang tersebut tidak lagi didominasi oleh sektor-sektor tradisional seperti sektor otomotif dan elektronik. Namun telah berkembang ke sektor properti dan pembangunan terminal di bandara NTB. "Diharapkan diversifikasi melalui sektor-sektor baru ini akan terus berlanjut,” jelasnya.

Dari total minat investasi yang terkait dengan perluasan investasi perusahaan Jepang yang ada di Indonesia sebesar US$ 40 juta datang dari bidang industri isolasi tahan panas.

Sementara minat investasi baru sebesar US$ 1,725 miliar terdiri dari minat investasi di bidang moda transportasi massal  dengan nilai US$ 1,1 miliar, pembangunan pembangkit listrik sebesar US$ 400 juta, pembangunan terminal bandara denga nangka US$ 200 juta, pembangunan jalur pipa gas  sebesar US$ 20 juta, industri bahan bangunan mencapai US$ 3 juta, dan industri mesin pertanian dan komponennya  dengan nilai US$ 2 juta.

Selain itu juga terdapat juga komitmen investasi yang sudah memperoleh Izin Prinsip dari BKPM sebesar US$ 2,719 miliar yang terdiri dari pembangunan pembangkit listrik  sebesar US$ 2,7 miliar, pembangunan dan pengembangan property dan real estate  dengan nilai US$ 10 juta, dan industri suku cadang dan aksesori kendaraan bermotor roda empat atau lebih mencapai US$ 9,2 juta.

“Mayoritas dari minat dan komitmen investasi tersebut berlokasi di Pulau Jawa. Selain itu ada beberapa minat investasi di bidang pembangkit listrik di Provinsi Sumatera Utara dan di bidang pembangunan terminal di Nusa Tenggara Barat ,” lanjutnya.


Berdasarkan data BKPM, realisasi investasi Jepang di Indonesia pada tahun 2015 mengalami peningkatan sebesar 6 persen dibandingkan periode 2014. Realisasi investasi Jepang tercatat sebesar US$ 2,87 miliar dengan total proyek 2.030 proyek serta menyerap 115.400 tenaga kerja.

Kontribusi utama investasi Jepang masih didominasi oleh sektor manufaktur, khususnya sektor otomotif, elektronika dan permesinan, serta sektor kimia dan farmasi.


Sedangkan untuk komitmen investasi Jepang di tahun 2015, nilainya mencapai US$ 8,1 miliar atau meningkat 95 persen dari tahun sebelumnya. Komitmen investasi tersebut berada di peringkat ketiga teratas dari daftar negara sumber komitmen investasi.

Di atas Jepang terdapat China sebesar US$ 22,2 miliar atau naik 42 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya, kemudian Singapura naik 69 persen menjadi US$ 16,3 miliar. Setelah Jepang, Korea Selatan juga mencatatkan kenaikan komitmen investasi 86 persen menjadi US$ 4,8 miliar. (Yas/Gdn)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya