BPS: Kurangi Makan Mi Biar Impor Gandum Turun

Badan Pusat Statistik (BPS) meminta kepada masyarakat Indonesia untuk mengurangi konsumsi mi.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 15 Feb 2016, 15:15 WIB
Diterbitkan 15 Feb 2016, 15:15 WIB
Mi goreng
Mi goreng/Business Insider

Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) meminta kepada masyarakat Indonesia untuk mengurangi konsumsi mi. Makanan berbahan dasar tepung terigu ini ternyata mengerek kenaikan impor gandum oleh Indonesia. Wajar saja, selama ini Indonesia sangat bergantung gandum dari negara lain.

Kepala BPS, Suryamin saat Konferensi Pers Neraca Perdagangan Januari 2016, menyebut, nilai impor gandum di Januari 2016 tercatat senilai US$ 443,4 juta atau melonjak tajam 86,35 persen.

"Impor barang konsumsi memang cukup besar, di antaranya karena peningkatan signifikan dari impor gandum untuk bahan baku mi dan roti," katanya di kantor BPS, Jakarta, Senin (15/2/2016).

Menurut Suryamin, impor gandum melonjak karena terjadi perubahan atau penurunan harga pada komoditas ini secara signifikan di berbagai negara pengimpor. Kondisi tersebut juga menunjukkan adanya kenaikan permintaan serta konsumsi masyarakat terhadap mi.

"Perubahan harga gandum paling besar adalah gandum cerelia untuk mi dan roti. Konsumsi beras kita ini sebenarnya dari tahun ke tahun menurun, karena ‎bisa diganti makan singkong, dan lainnya. Makan mie boleh, tapi dikurangi lah karena kenaikan impor gandum baik nilai maupun volume cukup tinggi mengingat kebutuhannya yang besar," jelas Suryamin.

Dalam kesempatan yang sama, Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Sasmito Hadi Wibowo mengatakan, impor barang konsumsi mengalami peningkatan drastis karena adanya impor mendadak pada komoditas gandum dan produk amunisi atau senjata cukup besar. Sedangkan impor barang lainnya tidak sebesar volume dan nilai gandum dan amunisi atau senjata.

"Pabrik-pabrik terigu di sini impor gandum dalam jumlah besar karena harga gandum sedang murah di berbagai negara. Sedangkan kita juga impor senjata atau amunisi lumayan besar, jadi dua ini yang mempengaruhi kenaikan impor barang konsumsi," terangnya.

Sasmito memperkirakan, tren kenaikan impor gandum dan amunisi atau senjata baik dari volume maupun nilai tidak akan berlanjut di Februari 2016. "Saya kira tidak ya (berlanjut), karena itu kan one short saja. Kalau harga gandum turun lagi, bisa saja nambah, tapi tidak akan sebesar Januari. Apalagi amunisi kan bisa disimpan stoknya oleh TNI dan Polri," tegas Sasmito. (Fik/Gdn)

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya