Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) memutuskan untuk membatalkan rencana penggabungan (merger) bank syariah yang bernaung di bawah BUMN. Bank syariah akan dibuka untuk investor.
Deputi Bidang Usaha Jasa Keuangan, Jasa Survei, dan Konsultan BUMN Gatot Trihargo menjelaskan, pembatalan rencana penggabungan bank syariah BUMN tersebut setelah Presiden RI Joko Widodo melawat ke Timur Tengah beberapa waktu lalu. Setelah kunjungan tersebut, terdapat beberapa kesepakatan antara pemerintah RI dengan Timur Tengah.Â
Salah satu kesepakatan yang terjalin adalah adanya opsi untuk membuka bank syariah tersebut bekerja sama dengan pihak lain. "Jadi banyak negara GCC maupun Saudi ingin berpartisipasi membangun di Indonesia. Dia ingin ada tools berpartner dengan mereka. Kalau syariahnya hanya satu tidak ada opsi‎ di luar itu," kata dia, Jakarta, Selasa (16/2/2016).
Baca Juga
Pertimbangan lain, dia menuturkan dengan semakin banyaknya mitra berpartisipasi terjadi transfer teknologi, pengetahuan, serta modal masuk. "‎Mereka punya knowledge lebih baik, mengapa kita tidak coba. Mereka akan membawa ekuitas, teknologi, dan knowledge‎," lanjutnya.
Dia mengatakan, untuk kerjasama tersebut pihaknya menyerahkannya kepada Direktur Utama masing-masing Bank BUMN. Dia bilang, para Direktur Utama pula yang menentukan partner yang cocok.Â
Sebelumnya, Menteri BUMN Rini Soemarno berencana menggabungkan bank-bank syariah yang menjadi anak usaha Bank BUMN. Hal itu direncanakan mengingat sebagai negara yang memiliki matoritas penduduk muslim, penetrasi perbankan syariah masih sangatlah minim. Hal itu dibuktikan dengan total aset perbankan syariah masih 1 persen dibandingkan aset bank konvensional.
"Sehingga kita tentunya harusnya mempunyai bank syariah yang besar, bukan yang kecil-kecil," kata Rini.
‎Diejlaskan Rini, saat ini pihaknya sedang melakukan pengkajian terhadap empat bank syariah, yaitu Bank Syariah Mandiri, BNI Syariah, BRI Syariah dan Unit BTN Syariah.
Namun begitu, untuk penggabungan keempat bank tersebut, Rini mengaku sudah memiliki gambaran yang ideal mengenai sekema penggabungannya.
‎"Mungkin kalau syariah, belum bisa memastikan bagaimana strukturnya, tapi kemungkinan besar yang terbaik itu di merger, jadi bukan holding," jelasnya. (Amd/Gdn)