Harga Emas Berkilau Dipicu Spekulasi Kenaikan Suku Bunga AS

Harga emas mencapai puncaknya ke posisi US$ 1.260,60 per ounce pekan lalu dan harga telah reli hampir 14 persen sejak awal tahun ini.

oleh Nurmayanti diperbarui 18 Feb 2016, 08:20 WIB
Diterbitkan 18 Feb 2016, 08:20 WIB
Ilustrasi Harga Emas
Ilustrasi Harga Emas (Liputan6.com/Johan Fatzry)

Liputan6.com, New York - Harga emas naik menjelang berakhirnya pertemuan yang digelar Bank Sentral AS (Federal Reserve). Ini karena investor memprediksi suku bunga AS akan tetap rendah sehingga akan mengangkat kembali harga logam mulia.

Melansir laman Reuters, Kamis (18/2/2016), harga emas di pasar spot naik 0,9 persen menjadi US$ 1.210,57 per ounce. Sedangkan harga emas berjangka AS untuk pengiriman April naik 0,2 persen ke posisi US$ 1.210,80 per ounce.

Harga emas mencapai puncaknya ke posisi US$ 1.260,60 per ounce pekan lalu dan harga telah reli hampir 14 persen sejak awal tahun ini.

Kenaikan didorong ekspektasi bahwa volatilitas pasar yang lebih luas akan membuat Federal Reserve lebih bersikap berhati-hati untuk memutuskan kenaikan suku bunga selanjutnya.

"Kenaikan suku bunga Fed kemungkinan besar tidak akan terjadi pada bulan Maret, dan itu bagi saya adalah hal yang paling penting di balik harga emas," kata analis Natixis Bernard Dahdah.


Bahkan, dia menilai jika pasar kembali terangkat, seperti dalam beberapa hari terakhir, orang masih percaya kenaikan suku bunga tidak akan berlangsung Maret. "Jadi akan sulit untuk melihat harga emas bergerak ke bawah,
Dalam beberapa hari terakhir, spekulasi meningkat seiring kemungkinan Bank Sentral AS akan menetapkan suku bunga negatif untuk merangsang perekonomian negaranya. Ini setelah Gubernur Fed Janet Yellen mengatakan hal itu adalah pilihan pada pekan lalu.

Pengenaan suku bunga yang rendah, akan memberikan kesempatan logam mulia berkilau. Ini yang menjadi faktor utama pendorong harga emas tembus rekor tertinggi pada 2011.

ABN Amro dalam sebuah catatan mengatakan, pihaknya tidak lagi mengharapkan Fed untuk menaikkan suku bunga pada 2016.

"Kami pikir itu hanya akan melanjutkan siklus kenaikan suku bunganya sekali untuk memperkuat pertumbuhan ekonomi ekonomi," menurut catatan itu. (Nrm/Zul)

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya