Liputan6.com, Jakarta - PT PLN (Persero) khawatir intensitas hujan yang mulai tinggi dalam beberapa hari belakangan ini akan mengganggu penyaluran listrik perusahaan. Hujan yang tinggi berpotensi membuat banjir dan membuat PLNÂ harus mematikan sambungan.
Kepala Divisi Niaga PLN Benny Marbun mengatakan, banjir menjadi salah satu hal yang ditakutkan oleh PLN. Alasannya, jika bandir melanda di wilayah konsumen maupun infrastruktur kelistrikan, otomatis PLN akan menghentikan aliran listrik.
"Kalau banjir ini dampaknya besar sekali di operasional PLN," kataBenny, di Kantor Pusat PLN, Jakarta, Kamis (18/2/2016).
Baca Juga
‎Benny melanjutkan, yang lebih di khawatirkan lagi, jika banjir telah menggenangi kawasan ‎industri. Pasalnya, golongan industri memiliki porsi besar dalam penjualan listrik PLN. "Kalau banjir di kawasan industri pasti penjualan turun. Penjualan kami sangat dipengaruhi industri,"‎ tutur Benny.
Untungnya, meskipun saat ini curah hujan cukup tinggi, belum ada wilayah yang mengalami banjir sehingga kegiatan operasi PLN ‎dan konsumsi listrik industri masih berjalan normal. Hal tersebut terbukti dari penjualan listrik industri untuk Januari yang cukup tinggi.
"Untuk Januari kemarin di Jawa tidak terganggu oleh banjir dan konsumsi dari industri masih menyerap 31 persen,"‎ ungkap Benny.
PT PLN ( Persero ) mencatat peningkatan penjualan listrik pada Januari 2016 sebesar 17,57 Terra Watt Hour (TWh) lebih ting‎gi 7,54 persen dari Januari 2015 sebesar 16,34 TWh.
Plt. Kepala Satuan Komunikasi Korporat PLN, Agung Murdifi mengatakan, pertumbuhan penjualan ini terjadi dari berbagai segmen tarif, salah satunya adalah golongan industri yang mencapai peningkatan hingga 2,28 persen, hingga Desember 2015 mengalami pertumbuhan minus sebesar 4,31persen.
Khusus pertumbuhan penjualan golongan industri besar mencapai 6,21 persen atau 1.187.264.579 kWh, dibanding Januari 2015 hanya mencapai minus 0,28 persen. Jenis industri skala besar ini diantaranya adalah industri tekstil, ban, semen, baja, elektronik, serat sintetis, dan kimia.
"Kenaikan di awal tahun ini diindikasikan terjadi karena mulai pulihnya pemakaian listrik dari industri skala besar (i4)," tutup Agung. (Pew/Gdn)