Liputan6.com, Jakarta - Industri perbankan di Indonesia diperkirakan masih akan mendapat tantangan yang besar sampai dengan pertengahan tahun ini. Tantangan tersebut karena unsur yang dibawa dalam sektor finansial terutama perbankan adalah unsur air.
Ahli Feng Shui, Mauro Rahardjo dalam diskusi "Strategi Investasi di Tahun Monyet" mengungkapkan, industri finansial terutama perbankan merupakan bisnis yang digolongkan unsur air. Sedangkan tahun ini adalah tahun monyet api dengan unsur api dan metal.
"Jadi perbankan dikhawatirkan gonjang-ganjing karena muncul unsur api di paruh pertama tahun ini. Jadi orang bingung, kalau percaya pada perbankan takut rugi," ujar Mauro di Jakarta, Rabu (2/3/2016).
Namun setelah itu, di periode paruh kedua 2016, unsur metal yang dibawa monyet akan bekerja lebih kuat sehingga ikut mendongkrak kembali bisnis di sektor perbankan. Aliran uang atau likuiditas diperkirakan lebih lancar paska Agustus 2016.
Baca Juga
"Yang berperan di paruh kedua adalah monyet yang membawa unsur metal, nah air pendukungnya metal. Jadi bank dan sektor finansial lain akan menikmati lancarnya likuiditas setelah Agustus," jelas Mauro.
Dalam diskusi yang sama, Ekonom dari Universitas Indonesia (UI) Faisal Basri mengatakan bahwa perekonomian Indonesia akan semakin membaik apabila Presiden Joko Widodo (Jokowi) lebih cepat konsolidasi dalam setiap kebijakan sehingga tidak menimbulkan kekecewaan publik. Pasalnya, Indonesia sudah bergerak melakukan transformasi, reformasi baik dari sisi fiskal maupun struktural.
"Indonesia semakin jauh dari negara gagal, indeks membaik, didukung banyak orang baik, kompeten, dan menghembuskan visi Indonesia. Tapi memang jalannya lambat," ucap Faisal.
Ia optimistis, Indonesia tidak akan kembali dihantam badai krisis parah seperti 1998 karena memiliki kekuatan ekonomi dan proses demokrasi yang berjalan di Indonesia. Masyarakat tidak akan membiarkan pemimpin Negeri ini melakukan kesalahan.
"Demokrasi akan menjadi clearing house, melenceng sedikit sudah teriak. Jadi tidak sampai masuk jurang dan bisa selamat. Oleh karenanya tidak ada alasan untuk pesimistis, karena ekonomi kita cukup baik," jelasnya.
Faisal menambahkan, Indonesia mempunyai daya tahan ekonomi sangat kuat. Buktinya, Negara ini masih mampu mengecap pertumbuah positif, bersama India dan China pada krisis ekonomi di 1998 ketika negara lain di dunia mengalami pertumbuhan ekonomi negatif.
"Memang agak unik Indonesia ini, kalau dunia sedang bagus ekonominya, kita malah jalannya lambat, tidak menikmatinya. Itu karena hubungan Indonesia dengan dunia renggang. Kita kelihatannya tidak inline atau enggagement kita dengan dunia makin lemah. Keuntungannya kalau dunia krisis, kita tidak terlalu kena dampaknya, tapi pas recovery pun tidak merasakannya," terangnya. (Fik/Gdn)