Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan neraca perdagangan pada Februari 2016 surplus sebesar US$ 1,14 miliar. Dengan komposisi nilai ekspor sebesar US$ 11,3 miliar sementara impor US$ 10,16 miliar.
"Pada Februari, selama 5 tahun terakhir surplus paling tinggi. Tahun 2015 surplus US$ 6,62 juta dan di 2016 sebesar US$ 1,14 miliar," jelas Kepala BPS Suryamin di kantornya, Selasa (15/3/2016).
Baca Juga
Sementara secara kumulatif (Januari-Februari), surplus neraca perdagangan mencapai US$ 1,15 miliar.
Advertisement
Adapun nilai ekspor nasional pada Februari 2016 mencapai US$ 11,3 miliar, naik bila dibandingkan Januari sebesar US$ 10,50 miliar. Namun bila dibandingkan Februari 2015, nilai ekspor bulan ini turun 7,18 persen.
Ekspor migas pada Februari naik 4,7 persen, sementara non migas 8,97 persen. "Karena harga komoditas internasional, yang potensi ekspor kita masih belum menunjukkan peningkatan pada posisi 2015," tambah dia.
Baca Juga
Dia menyebutkan, secara volume (year on year), total ekspor Februari turun 3,67 persen. Dengan nilai ekspor migas meningkat 6,22 persen.Â
Hal ini didorong kenaikan produksi minyak mentah, yang naik 42,32 persen (yoy). Angkanya dari 1.250 ton menjadi 1.459 ribu ton. Kenaikan juga terjadi pada komoditas gas.
Sementara secara kumulatif, ekspor Januari-Februari sebesar US$ 21,78 miliar. Ekspor terbesar disumbang dari produksi lemak dan minyak hewan nabati.
Sedangkan nilai impor pada bulan ini sebesar US$ 10,16 miliar, turun 2,91 persen dibandingkan Januari. Dengan impor migas naik 8,79 persen menjadi US$ 1,22 miliar dari sebelumnya US$ 1,11 miliar.(Dny/Nrm)