Potensi Energi Tenaga Surya RI 10 Kali Lebih Besar dari Jerman

Indonesia memiliki potensi energi surya sebesar 4,8 Kwh/m2 atau setara dengan 112.999 giga watt peak (GWP).

oleh Septian Deny diperbarui 26 Apr 2016, 19:52 WIB
Diterbitkan 26 Apr 2016, 19:52 WIB
20160302-Panel Surya ESDM-Jakarta- Gempur M Surya
Petugas memeriksa panel surya di gedung ESDM, Jakarta, Rabu (2/3/2016). Penggunaan panel surya bisa menurunkan emisi dari yang sebelumnya mengonsumsi listrik dari Pembangkit Listrik Tenaga Diesel atau berbasis batubara (Liputan6.com/Gempur M Surya)

Liputan6.com, Jakarta - Indonesia merupakan negara tropis yang mendapatkan cahaya matahari sepanjang tahun. Hal ini membuat Indonesia memiliki potensi besar dalam pengembangan energi tenaga surya.

Ketua Umum Asosiasi Industri Perlampuan Listrik Indonesia (Aperlindo) John Manoppo mengatakan, Indonesia memiliki potensi energi surya sebesar 4,8 Kwh/m2 atau setara dengan 112.999 giga watt peak (GWP). Potensi ini sepuluh kali lipat dari potensi yang dimiliki Jerman dan sebagian besar negara di kawasan Eropa.

"Hal ini menjadikan Indonesia memiliki peluang bisnis yang besar di bidang pembangkit tenaga surya," ujar dia di Jakarta, Selasa (26/4/2016).

Dia menjelaskan, potensi energi surya ini dapat dimanfaatkan dalam pengembangan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) yang ramah lingkungan. Pembangkit listrik ini bisa dilakukan dengan dua cara, yaitu secara langsung menggunakan sel surya (photovoltaic) dan secara tidak langsung dengan pemusatan energi surya.


"Pembangunan pembangkit listrik yang ramah lingkungan menjadi penting untuk membantu mengurangi dampak perubahan iklim," kata dia.

John mengungkapkan, saat ini kebutuhan listrik untuk masyarakat terus meningkat. Namun saat ini PLN baru memasok energi listrik sebesar 1.500 megawatt (MW)-2.000 MW.

"Sedangkan proyek pembangkit listrik 10 ribu MW yang telah selesai dibangun belum mampu memenuhi kebutuhan listrik yang terus melonjak tiap tahun," ungkap dia.

Dia menyatakan, data dari konsultan energi E Quadrat, pada 2016 memperkirakan kebutuhan
Indonesia untuk pembangkit listrik energi terbarukan hingga 2025 mencapai 43.300 MW dengan pendanaan melebihi US$ 100 miliar.

"Jika pemerintah menargetkan pembangunan PLTS 8.000 MW, maka anggaran yang diperlukan mencapai US$ 11.200 juta. Pembangunan wind power sebesar 1.500 MW memerlukan dana US$ 2.250 juta," tutur dia.

Mengingat pendanaan APBN dan PLN yang terbatas, lanjut John, maka partisipasi pihak swasta sangat diperlukan. Hal tersebut membuka peluang bagi investor dalam negeri, investor luar negeri dan lembaga keuangan untuk terlibat.

"Program pembangunan pembangkit listrik tenaga surya berbarengan dengan perkembangan perlampuan LED (ramah lingkungan) Indonesia. Pasalnya pemerintah menggalakkan program pembangunan infrastruktur seperti pembangunan jalan sejauh 2.650 kilometer (km), 3.258 meter jalur kereta api, 24 pelabuhan besar,  60 dermaga feri, 15 bandara modern, 14 kawasan industri, 49 waduk dan pembangkit listrik tenaga hidrolik dalam lima tahun ke depan," beber dia. (Dny/Nrm)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya