Cerita Mohamed Ali Saat Pembentukan IDB Diragukan

Presiden IDB Grup I Ahmad Mohamed Ali menuturkan, banyak pihak meragukan Islamic Development Bank (IDB).

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 19 Mei 2016, 19:00 WIB
Diterbitkan 19 Mei 2016, 19:00 WIB
Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro (kiri) bersama Presiden IDB Grup Ahmad Mohamed Ali (tengah).
Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro (kiri) bersama Presiden IDB Grup Ahmad Mohamed Ali (tengah). (Foto: Fiki ariyanti/Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Islamic Development Bank (IDB) Grup I, Ahmad Mohamed Ali menceritakan pengalaman pahit terbentuknya Bank Pembangunan Islam ini. Berdiri pada 1975, kehadiran bank tersebut sempat diragukan mampu bertahan dalam jangka panjang.

Dalam Sidang Tahunan IDB ke-41, Ali mengisahkan selintas perjalanan berdirinya IDB yang penuh dengan tantangan. Salah satunya berasal dari pandangan sinis sejumlah pihak yang meragukan eksistensi IDB.

"Banyak yang meragukan apa ini IDB. Paling cuma wadah petro dolar yang akan hilang dalam beberapa tahun saja. Mereka tidak yakin kita bisa menjalankan bisnis baru untuk membuat pencapaian di pasar keuangan syariah," cerita Ali di JCC, Kamis (19/5/2016).

Namun Ali dan Dewan Gubernur dari negara-negara anggota IDB berhasil mengubah cibiran menjadi pujian.

IDB kini menjadi lembaga keuangan internasional yang besar dan memiliki pengaruh dalam pembangunan sosio-ekonomi di seluruh dunia. Saat ini, sebanyak 57 negara sudah bergabung menjadi anggota IDB.  

"IDB juga mengantongi rating AAA (triple A). Bank ini juga mempunyai peran instrumental dalam menjalankan proyek-proyek penting di negara-negara IDB," papar Pria berusia 82 tahun itu.

Salah satu proyek besar yang sukses dibiayai IDB di masa kepemimpinan Ali adalah jalan Trans Sahara-Aljazair-Mesir. Dalam proyek infrastruktur ini, IDB bekerjasama dan berkoordinasi dengan Arab Saudi.

"Proyek tersebut akan segera selesai. Bagian terakhir dari jalan itu akan diselesaikan dalam beberapa bulan ini. Di Asia Tengah, kita juga membiayai proyek jalan, kereta api, serta pendidikan bilingual di negara-negara Afrika. Jadi Alhamdulillah banyak hal yang sudah dicapai selama 40 tahun ini," tutur Ali.  (Fik/Ahm)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya