Ini Gebrakan KEIN agar Ekonomi RI Terus Tumbuh

Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019, pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi bisa mencapai 7 persen.

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 07 Jun 2016, 13:30 WIB
Diterbitkan 07 Jun 2016, 13:30 WIB
KEIN arif Budimanta 1
KEIN arif Budimanta 1

Liputan6.com, Jakarta - Komite Ekonomi dan Industri nasional (KEIN) bertemu dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada Selasa (7/6/2016). Dalam pertemuan tersebut, ada beberapa tema yang disampaikan oleh KEIN ke Jokowi. Salah satunya mengenai target pertumbuhan ekonomi.

Wakil Ketua KEIN Arif Budimanta menjelaskan, dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019, pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi bisa mencapai 7 hingga 8 persen pada 2019 nanti.

Untuk mencapai target tersebut tidaklah mudah. Ada beberapa tantangan yang harus dihadapi oleh pemerintah, seperti struktur ekonomi yang masih rentan. "Pertumbuhan ekonomi Indonesia 56,86 persen masih ditopang oleh konsumsi," kata dia di Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (7/6/2016).

Selain itu, ruang fiskal pemerintah juga cukup terbatas sehingga sulit untuk mendorong program-program. Di luar itu, kinerja ekspor juga belum kuat sehingga sulit untuk mendorong pertumbuhan.

Untuk memecahkan masalah tersebut, KEIN memiliki solusi jangka pendek dan solusi jangka pendek.

Untuk solusi jangka pendek, Arif melanjutkan, pemerintah harus mendorong konsumsi dengan menjaga laju inflasi di angka yang rendah dan menjaga daya beli kelompok rumah tangga miskin. "Caranya bisa dengan meningkatkan proyek padat karya di pedesaan dengan pekerja dari kelompok masyarakat miskin," kata dia.

Untuk investasi, KEIN mengusulkan agar pemerintah mengoptimalkan kawasan ekonomi khusus dan kawasan industri. Caranya bisa dengan kampanye investasi yang masif dan terstruktur.

Di sisi ekspor, KEIN memberikan solusi dengan meningkatkan jaringan promosi dan pemasaran ekspor untuk produk inovatif dan komoditas potensial. Pemerintah juga bisa memperluas kerja sama lembaga pembiayaan ekspor antarnegara.

Untuk pengendalian impor, KEIN mengusulkan agar mempermudah impor bahan baku untuk industri padat karya atau produk yang memiliki nilai tambah tinggi seperti tekstil dan industri maritim. "Pemerintah juga bisa meningkatkan non-tariff barrier untuk komoditas konsumsi dan memiliki substitusi," jelas Arif.

Di jangka menengah, KEIN juga memiliki beberapa usulan. Untuk mendorong konsumsi, pemerintah bisa menciptakan lapangan kerja melalui proyek pemerintah yang bersifat padat karya dan berbasis sumber daya lokal.

Berdasarkan studi yang dilakukan oleh ILO, penggunaan pola Local Resource Base mampu menghasilkan peningkatan dalam kesempatan pekerjaan lokal sekitar 10 persen dibandingkan dengan pendekatan yang lebih intensif modal.

Untuk investasi, KEIN mendorong pengembangan E-Commerce dengan meningkatkan akses broadband, membantu semua bisnis menjadi bisnis digital, memperluas akses pembiayaan, memperluas layanan e-government, serta akses ke pembayaran elektronik.

Selain itu pemerintah juga bisa menjalankan realokasi belanja modal ke luar Jawa, pemilihan prioritas industri dan Perencanaan yang terintegrasi dengan menyesuaikan proyek infrastruktur strategis untuk menjawab kebutuhan industri.

Untuk ekspor, KEIN mengusulkan kepada pemerintah untuk melakukan pengawasan ekspor komoditas tertentu untuk pengamanan penerimaan devisa dan penerimaan negara yaitu untuk CPO, Batu bara, serta produk SDA lainnya.

KEIN juga mengusulkan mendorong melalui relaksasi perizinan, insentif untuk bahan baku yang tidak tersedia di dalam negeri dan aktif mencari pasar baru tujuan ekspor. Optimalisasi peranan dry port juga perlu dilakukan oleh pemerintah.

Untuk pengendalian impor, KEIN mengusulkan agar pemerintah mengendalikan impor produk-produk yang berpotensi menurunkan daya saing produk domestik di pasar dalam negeri dan Meningkatkan pengawasan peredaran barang impor di pasar lokal sesuai dengan ketentuan SNI, Labelisasi, karantina, dan HAKI. (Yas/Gdn/Ndw)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya