Sofyan Djalil: Semoga Inggris Batal Hengkang dari UE

Ekonomi Uni Eropa bakal terguncang apabila Inggris betul-betul merealisasikan rencananya untuk meninggalkan Zona Euro.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 21 Jun 2016, 17:45 WIB
Diterbitkan 21 Jun 2016, 17:45 WIB
Brexit
Ekonomi Uni Eropa bakal terguncang apabila Inggris betul-betul merealisasikan rencananya untuk meninggalkan Zona Euro.

Liputan6.com, Jakarta - Rencana Inggris menggelar referendum untuk menentukan tetap tinggal atau hengkang dari Uni Eropa (UE) atau dikenal dengan Britain Exit (Brexit) membayang-bayangi kondisi perekonomian dunia saat ini.

Menteri Perencanaan dan Pembangunan Nasional (PPN) Sofyan Djalil memperkirakan ekonomi Uni Eropa bakal terguncang apabila Inggris betul-betul merealisasikan rencananya untuk meninggalkan Zona Euro.

“Dampaknya sangat tidak baik bagi Eropa dan Inggris, serta menambah ketidakpastian perekonomian dunia. Sebab kondisi ekonomi global sekarang lagi sulit, ada ketidakpastian yang harus dihindari. Inggris keluar akan menambah ketidakpastian,” ujar Sofyan di Gedung DPR RI, Jakarta, Selasa (21/6/2016).

Dampak terparah apabila Inggris hengkang dari Uni Eropa, Sofyan memperkirakan, berpotensi melemahkan mata uang pound sterling. Buntut dari kebijakan tersebut, ekonomi Uni Eropa akan mengalami guncangan hebat. Sebab itu pemerintah Indonesia berharap Inggris tidak merealisasikan rencana itu.

“Dampaknya ke Indonesia belum tahu, tapi kalau Inggris keluar, perkiraannya pound sterling melemah, kemudian goncangan di Uni Eropa. Kita berharap tidak terjadi Brexit, dan orang-orang Inggris lebih rasional sehingga mudah-mudahan hanya wacana dan tidak terjadi,” saran Sofyan.

Sebelumnya, Manajemen PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mengklaim isu keluarnya Inggris dari Uni Eropa atau biasa disebut Brexit tak berpengaruh ke pasar saham. Seba‎gaimana diketahui, referendum akan diselenggarakan pada 23 Juni 2016.

Direktur Penilaian Perusahaan BEI Samsul Hidayat mengatakan, kalaupun Brexit terjadi justru yang terkena dampak ialah surat utang negara (SUN).

"Mungkin ke surat utang kali ya. Kalau saham tidak begitu. Surat utang negara ya banyak investor," kata dia di Gedung BEI, Jakarta, Selasa 14 Juni 2016.

Dia mengatakan, pasar saham juga tak terlalu terpengaruh terhadap kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau The Federal Reserve (The Fed). Pelaku pasar telah memprediksi perubahan suku bunga tersebut.

"Mestinya ini berita sudah lama bahwa The Fed kecenderungan menaikkan suku bunga mestinya persiapannya sudah matang para investor dan kalkulasi mereka," jelas dia.

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya