JK: Hadapi Ekonomi Dunia seperti Main Pencak Silat

Menghadapi ekonomi dunia seperti latihan bela diri, bila menemui lawan yang kuat harus ada tambahan tenaga dalam.

oleh Ahmad Romadoni diperbarui 29 Jun 2016, 10:19 WIB
Diterbitkan 29 Jun 2016, 10:19 WIB
Jusuf Kalla
Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) mengatakan, menghadapi ekonomi dunia seperti latihan bela diri.

Liputan6.com, Jakarta - Tak bisa dimungkiri ekonomi dunia kini tengah lemah. Perekonomian Amerika Serikat (AS) belum pulih benar, begitu pula dengan Eropa yang masih sulit untuk keluar dari resesi. Untuk menghadapi pelemahan tersebut, Indonesia tak bisa bergantung kepada negara lain. Indonesia harus berpegang kepada kekuatan ekonomi dalam negeri.

Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) mengatakan, menghadapi ekonomi dunia seperti latihan bela diri. Bila menemui lawan yang kuat harus ada tambahan tenaga dalam untuk mengalahkan kekuatan itu. Saat ini, perlambatan ekonomi dunia berdampak ke Indonesia. Agar tak ikut arus, Indonesia harus berjuang untuk bisa menahan seretan perlambatan ekonomi dunia tersebut.

"Untuk mengatasi itu, yakni bagaimana meningkatkan kekuatan dari dalam negara. Sama juga kalau main silat atau judo, bagaimana kalau lawannya berat melawannya dengan tenaga dalam. Kekuatan dan tenaga dari negeri ini harus dimunculkan, itu semua dari Anda," ujar Jusuf Kalla seperti ditulis Rabu (29/6/2016).

Saat ini dunia kurang dirasa kurang senyum. Di seluruh dunia justru lebih banyak muncul berita buruk. Misalnya saja keputusan Inggris keluar dari Uni Eropa. Keluarnya Inggris dari zona Eropa tersebut dirayakan oleh sebagian besar masyarakat negara tersebut. Namun perayaan tersebut tak berlangsung lama. Alasannya, masyarakat Inggris mulai sadar ada masalah yang ditimbulkan dari keputusan tersebut.

"Demokrasi itu bisa menghasilkan berita buruk, efek ke mana-mana. Amerika punya efek ke mana-mana, China juga. Jadi, berita yang baik agak berkurang tahun ini," imbuh JK.

Untuk menghadapi tantangan ini, para pengusaha harus berbenah diri. Sehingga dapat bertahan dalam kondisi seburuk apapun. "Pengusaha harus siap menghadapinya, yang sulit harus siap diperbaiki, memang itu tugas pengusaha untuk menghadapi masalah yang baik dan kurang baik. Satu hal kita harus hadapi kenyataan-kenyataan di dunia," pungkas Jusuf Kalla.

Untuk diketahui, perlambatan ekonomi dunia tersebut masih akan terasa di tahun ini. Terlihat, Bank Dunia (World Bank) merevisi target pertumbuhan ekonomi dunia dari 2,9 persen menjadi 2,4 persen karena berbagai sentimen negatif mulai dari pelemahan ekonomi China, kebijakan moneter Bank Sentral Amerika Serikat (AS) sampai persoalan Brexit atau keluarnya Inggris dari zona Euro. Sementara ekonomi Indonesia diperkirakan tumbuh atraktif di level 5,1 persen berkat reformasi kebijakan.

Kepala Perwakilan Bank Dunia di Indonesia, Rodrigo Chaves saat Laporan Indonesia Economic Quarterly mengungkapkan, ketidakpastian perekonomian dunia mendorong Bank Dunia meninjau kembali proyeksi pertumbuhan ekonomi global. ‎Pemangkasan tersebut melihat perkembangan dan permintaan ekspor yang masih melemah.

"‎Kami telah merevisi forecast ekonomi dunia dari 2,9 persen menjadi 2,4 persen. Sebab semua negara di dunia mengurangi demand, harga komoditas masih belum jelas, pertumbuhan perdagangan dunia tidak menjanjikan, keuntungan dalam bisnis kurang baik," terang dia di Kantor Kementerian Perdagangan, Jakarta, Senin (20/6/2016).

Chaves‎ melanjutkan, ekonomi Indonesia akan berada pada level 5,1 persen di tahun ini. Angka tersebut, tambahnya, lebih baik dibandingkan pertumbuhan ekonomi Brasil, Meksiko, bahkan Malaysia yang diproyeksikan 4,4 persen, Thailand 2,5 persen. Akan tetapi lebih rendah daripada Filipina dan Vietnam yang masing-masing diramal 6,4 persen dan 6,2 persen.

 

**Ingin mendapatkan informasi terbaru tentang Ramadan, bisa dibaca di sini.

 

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya