Perusahaan AS Gandeng PLN Produksi Listrik Tenaga Angin

Perusahaan Amerika Serikat itu siap memproduksi listrik tenaga angin termasuk dirikan fasilitas manufaktur pembangkit listrik tenaga angin.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 05 Jul 2016, 15:50 WIB
Diterbitkan 05 Jul 2016, 15:50 WIB
Pembangkit listrik tenaga angin
Pembangkit listrik tenaga angin

Liputan6.com, Jakarta - Perusahaan Amerika Serikat (AS) di sektor energi terbarukan menyampaikan minatnya untuk berinvestasi di Indonesia. Menggandeng PT PLN (Persero), perusahaan tersebut siap memproduksi listrik tenaga angin, termasuk mendirikan fasilitas manufaktur pembangkit listrik tenaga angin.   

Minat tersebut disampaikan perusahaan AS kepada Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Franky Sibarani dalam kegiatan Indonesia-US Business Forum di New York, belum lama ini. Kegiatan dilaksanakan di Cornell Club bekerjasama dengan American Indonesia Chamber of Commber (AICC) yang diwakili oleh Chairman AICC Allan Harrari.

"Saat ini perusahaan energi terbarukan AS itu telah memiliki nota kesepahaman dengan PLN untuk memproduksi listrik tenaga angin. Dalam waktu dekat perusahaan akan melakukan uji coba di STT PLN Indonesia," ujar Franky dalam keterangan resminya di Jakarta, Selasa (5/7/2016).

Franky menuturkan, perusahaan AS ini akan mendirikan perusahaan berbadan hukum Indonesia, kemudian mendirikan fasilitas manufaktur pembangkit listrik tenaga angin di Tanah Air. Lebih lanjut kata dia, BKPM akan memfasilitasi percepatan realisasi investasi tersebut.

Dalam kesempatan tersebut, Franky menyatakan, berbagai kebijakan terutama terkait dengan implementasi 12 paket kebijakan ekonomi termasuk reformasi kebijakan investasi, diantaranya layanan investasi 3 jam, investasi langsung konstruksi, perbaikan kemudahan berusaha.

"Sampai revisi Daftar Negatif Investasi (DNI) yang mendorong keterbukaan investasi termasuk di beberapa sektor utama seperti di bidang logistik, energi terbarukan, farmasi, pariwisata dan e-commerce," tambah dia.

Selain di sektor energi terbarukan, Kepala BKPM juga mencatatkan minat investasi di sektor pertambangan yang ingin melakukan akuisisi perusahaan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dengan nilai investasi sebesar US$ 300 juta. BKPM akan berperan dalam memfasilitasi pengalihan status perusahaan dari PMDN menjadi Penanaman Modal Asing

Amerika Serikat tergolong negara prioritas pemasaran investasi. Dari data yang dimiliki oleh BKPM pada 2015, nilai realisasi investasi AS mencapai US$ 893 juta, terdiri dari 261 proyek dengan didominasi oleh sektor-sektor pertambangan. Dari sisi komitmen, tercatat masuknya komitmen US$ 4,8 miliar terdiri dari 76 proyek.

Untuk diketahui, BKPM menargetkan capaian realisasi investasi bisa tumbuh 14,4 persen pada tahun ini dari target tahun sebelumnya atau mencapai Rp 594,8 triliun. Realisasi ini dikontribusi dari PMA sebesar Rp 386,4 triliun atau naik 12,6 persen dari target PMA tahun lalu, serta dari PMDN sebesar Rp 208,4 triliun naik 18,4 persen dari target PMDN tahun lalu.

Guna mencapai target tersebut, BKPM menetapkan 10 negara prioritas termasuk di antaranya Amerika Serikat, Australia, Singapura, Jepang, Korea Selatan, Taiwan, RRT, Timur Tengah, Malaysia, dan Inggris. (Fik/Ahm)

*Ingin mendapatkan informasi terbaru tentang Ramadan, bisa dibaca di sini.
    

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya