Liputan6.com, New York - Harga minyak dunia turun lebih dari satu persen pada awal pekan ini, dan mencapai posisi terendah dalam dua bulan. Penurunan harga minyak ini masih dibayangi kekhawatiran kelebihan pasokan minyak.
Harga minyak dunia merosot hampir 8 persen, dan mencatatkan penurunan mingguan terbesar dalam enam bulan. Hal itu terjadi lantaran permintaan bensin melemah di AS dan penarikan produksi minyak yang mengecewakan.
"Rekomendasi netral selama satu bulan dari transisi perdagangan saham yang menguat di awal Juni menjadi turun untuk harga minyak," ujar Jim Ritterbusch, Konsultan Ritterbusch and Associates seperti dikutip dari laman Reuters, Selasa (12/7/2016).
Baca Juga
Pada awal pekan ini, harga minyak Brent turun 51 sen atau 1,1 persen menjadi US$ 46,25 per barel. Harga minyak sempat berada di level paling rendah di kisaran US$ 45,90, dan level itu terendah sejak 11 Mei.
Harga minyak mentah Amerika Serikat atau West Texas Intermediate (WTI) tergelincir 65 sen atau 1,4 persen menjadi US$ 44,76 per barel.
"Kemungkinan harga minyak WTI dan Brent berada di kisaran US$ 37 dan US$ 38. Harga minyak mungkin dapat kembali volatile," ujar Ritterbusch.
Harga minyak turun sejak perdagangan di wilayah Asia. Hal itu lantaran ada kekhawatiran perlambatan ekonomi sehingga akan menurunkan permintaan.
Pelaku pasar pun mengabaikan data Genscape yang melaporkan kalau pasokan turun 488.625 barel di Cushing, Oklahoma.
Analis pun memperkirakan, harga minyak dapat kembali turun. "Harga minyak bisa turun lagi. Dalam jangka pendek harga minyak WTI perlu kembali di atas US$ 46 dan Brent US$ 47, jika tidak bisa maka menuju level support," kata Analis Forex.comm Fawad Razaqzada. (Ahm/Ndw)
Advertisement
*Ingin mendapatkan informasi terbaru tentang Ramadan, bisa dibaca di sini.