Pertama dalam Sejarah, RI Bakal Punya Cadangan Penyangga Energi

Pemerintah akan membuat Cadangan Penyangga Energi (CPE) untuk mengantisipasi krisis energi.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 21 Jul 2016, 15:00 WIB
Diterbitkan 21 Jul 2016, 15:00 WIB
20160504-Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said-Jakarta
Menteri ESDM, Sudirman Said saat berkunjung dan menjadi narasumber untuk Liputan6 di SCTV Tower, Jakarta, Rabu (4/5).(Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah akan membuat Cadangan Penyangga Energi (CPE) untuk mengantisipasi krisis energi. Adanya Cadangan Penyangga Energi tersebut menjadi sejarah bagi Indonesia karena baru ada pertama kalinya.

Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said mengatakan, dalam Anggaran Pendapatan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) 2016, pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)  memutuskan untuk mengalokasikan Dana Ketahanan Energi ‎(DKE) sebesar Rp 1,6 triliun. 

Separuh dari dana tersebut kemudian dialokasikan untuk Cadangan Penyangga Energi. "Ada modifikasi dalam APBNP yang diputuskan Rp 1,6 triliun untuk DKE. Dari jumlah tersebut Rp 800 miliar untuk cadangan energi," kata Sudirman, di Kantor Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM), Jakarta, Kamis (21/7/2016).

Menurut Sudirman, ‎alokasi dan penggunaan dana Cadangan Penyangga Energi tersebut akan tertuang dalam Peraturan Presiden dan akan dilaksanakan pada akhir tahun. Jika sudah terealisasi Cadangan Penyangga Energi tersebut menjadi sejarah di Indonesia karena baru pertama kali Indonesia punya cadangan penyangga.

"Presiden mendukung, yang akan dibangun akhir tahun ini sudah diinisiasi, Anggaran tersedia, logistik sudah dibangun, Menjadi pertama dalam sejarah migas kita punya CPE," tutur Sudirman.

Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM I Gusti Nyoman Wiratmaja mengungkapkan, tujuan adanya CPE‎ adalah untuk meningkatkan kedaulatan energi Indonesia sehingga jika terjadi krisis energi pemerintah sudah bisa mengantisipasi.

"Ini untuk mengantisipasi krisis energi, atau menghadapi keadaan darurat seperti bencana alam," tutup Wiratmaja.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya