Liputan6.com, Jakarta Pemerintah telah merekomendasikan kepada 6 Badan Usaha Milik Negara (BUMN) untuk impor gula mentah (raw sugar) sebanyak 114 ribu ton di tahap pertama. Namun rencana tersebut tak kunjung direalisasikan lantaran kekurangan pasokan gula di negara produsen, seperti Brazil dan Thailand.
Direktur Jenderal (Dirjen) Industri Agro Kementerian Perindustrian, Panggah Susanto mengungkapkan, pemerintah mengevaluasi kebijakan menyusul masih tingginya harga-harga komoditas pangan di pasar, seperti gula pasir.
"Harga kok masih tinggi ya di semua komoditas pangan, termasuk gula pasir. Harganya masih Rp 15.000-Rp 16.000 per Kg, jadi harus ada upaya menurunkan harga," ujar dia di kantor Kemenko Bidang Perekonomian, Jakarta, Selasa (26/7/2016).
Advertisement
Menurut Panggah, solusi untuk menurunkan harga gula pasir di pasar dengan menambah suplai atau pasokan, termasuk impor. Sayangnya, perusahaan pelat merah yang ditunjuk untuk impor gula mentah pun kesulitan mendapatkannya sehingga pemerintah belum dapat memastikan kebutuhan impor.
"Tidak tahu nih, impor saja susah nyari barangnya (gula) karena cuaca. Harusnya kan sudah musim panas, tapi sekarang hujan, sehingga semestinya musim giling di Mei tapi Juli masih hujan jadi rendemen masih rendah," jelasnya.
Kata dia, Indonesia selama ini mengandalkan pasokan gula impor dari Brazil dan Thailand. Hanya saja, kedua negara ini diterpa kondisi yang sama dengan Indonesia.
"Impor gula kan dari Thailand dan Brazil, tapi sekarang saja Thailand juga sedang susah produksinya. Apalagi kalau impor dari Brazil perlu waktu lama sampai 45 hari masuk ke Indonesia, sedangkan Thailand hanya seminggu," paparnya.
Tak heran bila impor 114 ribu ton gula mentah belum juga masuk ke Indonesia, padahal total permintaan dari Kementerian BUMN mencapai 381 ribu ton pada 2016.
"Impor 114 ribu ton saja belum direalisasikan karena nyari raw sugar tidak mudah. Kita belum dapat pasokannya. Harga raw sugar juga naik sekitar 25 persen, jadi memang lagi susah karena ada penurunan produksi akibat cuaca," terang Panggah.
Dia berharap, pemerintah bisa memperoleh pasokan gula mentah dari negara lain, seperti Australia. Dengan begitu, harga gula pasir di pasar diharapkan berangsur turun menjadi Rp 12.500 per Kg pada akhir tahun ini.
"Harus jadi harga Rp 12.500 per Kg, nanti diusahakan dengan tambah pasokan dari sumber lain, Australia. Kalau ada stok gula impor, sebaiknya masuk sebelum September ini supaya harga segera turun," tutur Panggah.
Sebelumnya, Menteri Pertanian (Mentan) Amran Sulaiman mengungkapkan, musim kemarau basah atau La Nina menyebabkan produksi kedelai dan gula terganggu. Sementara produksi pagi, jagung, dan bawang mengalami peningkatan. "Tapi kita yakin harga gula pasir bisa turun," ujarnya.
Pemerintah, sambungnya tengah membangun industri gula, mulai dari mempersiapkan bibit unggul dan memperbaiki pabrik gula yang sudah uzur. Tambah Amran, pemerintah pun telah menyiapkan lahan seluas 380 ribu hektare (ha) untuk komoditas gula.
"Kalau ini direalisasikan, bisa bergerak cepat dan bisa beroperasi, dalam 3-5 tahun sudah bisa menghasilkan gula. Kita upayakan produksi gula nasional mencapai 2,6 juta-2,7 juta ton," jelasnya.