Tarif Listrik Rumah Tangga RI Lebih Mahal Ketimbang AS

Subsidi silang untuk menalang golongan pelanggan 450 VA dinilai menjadi penyebab tarif listrik golongan rumah tangga tinggi di Indonesia.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 09 Agu 2016, 14:26 WIB
Diterbitkan 09 Agu 2016, 14:26 WIB
20151105- Tarif Listrik Subsidi Tidak Jadi Naik-Jakarta
Petugas tengah patroli di dalam ruang panel listrik di Rusun Benhil, Jakarta, Kamis (5/11/2015). Pemerintah akan tetap memberikan subsidi listrik kepada pelanggan 450 Volt Ampere (VA). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Tarif Tenaga Listrik (TTL) di Indonesia untuk golongan rumah tangga di atas 1300 Volt Amper (VA) ke atas lebih mahal ketimbang di Amerika Serikat (AS). Karena itu PT PLN (Persero) diminta untuk lebih efisien menggunakan bahan bakar pembangkitnya.

Direktur Eksekutif Refomainer Institute Komaidi Notonegoro mengatakan, saat ini tarif listrik di Amerika Serikat untuk golongan pelanggan rumah tangga 1.300 VA ke atas sebesar Rp 1.200 hingga Rp 1.400 per Kilo Watt hour (KWh).

Sedangkan di Indonesia tarif listrik rumah tangga ‎Tegangan Rendah (TR) golongan ‎rumah tangga R-1 dengan daya 1.300 VA, ‎rumah tangga R-1 daya 2.200 VA, ‎rumah tangga R-2 daya 3.500 VA sampai  5.500 VA dan r‎umah tangga R-3 daya 6.600 VA ke atas‎ per Agustus 2016 sebesar Rp 1.410,12 per kWh.

"Tarif listrik untuk golongan rumah tangga 1.300 VA ke atas dengan tarif listik di Amerika Serikat,ini levelnya lebih tinggi," kata Komaidi, di Jakarta, Selasa (9/8/2016).

Komaidi menuturkan, hal tersebut menandakan tarif listrik Indonesia tidak terlalu rendah, bahkan kompetitif dibanding negara lain.
Komaidi menduga subsidi silang untuk menomboki golongan pelanggan 450 VA menjadi pen‎yebab tarif listrik golongan rumah tangga di Indonesia lebih tinggi ketimbang di AS.

"Karena cross subsidi, sementara di Amerika sama (tidak ada yang disubsidi), ada subsidi silang yang 450 VA ada di cross rumah tangga tadi," ujar dia.

Komaidi mengungkapkan, PLN harus lebih efisien dalam menggunakan bahan bakar untuk menekan biaya produksi listrik. Selain itu dengan lebih mahalnya tarif listrik di Indonesia bisa menyadarkan masyarakat tentang energi merupakan bukan barang yang murah karena semakin menipisnya energi fosil.

‎"Harganya kemahalan atau tidak efisiensi harus, masyarakat harus tau listrik tidak bisa murah karena energi primer  migas tidak lagi melimpah‎," tutur Komaidi. (Pew/Ahm)

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya