Menteri Susi: ABK RI Terbanyak Jadi Korban Perdagangan Manusia

Karakter orang Indonesia yang penurut dan tidak banyak melakukan perlawanan dinilai yang membuat ABK Indonesia menjadi sasaran empuk.

oleh Septian Deny diperbarui 15 Agu 2016, 15:15 WIB
Diterbitkan 15 Agu 2016, 15:15 WIB
4-suasana-kapal130807b.jpg
Anak Buah Kapal (ABK) sedang melepas tali tambatan kapal saat kapal akan berlayar. (Liputan6.com/Andrian M Tunay)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti menyatakan hingga saat ini sebanyak 250 ribu anak buah kapal (ABK) asal negara ASEAN menjadi korban dari perdagangan manusia. Namun dia meyakini jumlah korban di lapangan jauh lebih besar.

Susi mengungkapkan, ‎jika melihat masih banyaknya kasus perdagangan manusia yang belum bisa terungkap hingga saat ini, maka jumlah korban diperkirakan bisa mencapai 700 ribu orang. Dan dari jumlah tersebut sekitar 50 persen merupakan ABK Indonesia.

‎

"Kalau dari catatan 250 ribu orang. Padahal kalau lihat di lapangan bisa mencapai 700 ribu ABK dan 50 persen ABK Indonesia," ujar dia di Jakarta, Senin (15/8/2016).

Dia mengungkapkan, karakter orang Indonesia yang penurut dan tidak banyak melakukan perlawanan dinilai yang membuat ABK Indonesia menjadi sasaran empuk tindak perdagangan manusia.

"Karakter orang kita yang penurut, sangat disukai pelaku tindak ini. Jadi gampang sekali masuk ke sini. Jadi korban terbanyak sebenarnya ABK Indonesia," ungkap dia.

Namun, lanjut Susi, ‎pada ABK tersebut tidak dipekerjakan di wilayah perairan Indonesia, melainkan di negara lain. Sedangkan kasus perdagangan manusia yang selama ini terungkap di Indonesia adalah ABK dari negara lain seperti Myanmar.

"Ini tidak di Indonesia tetapi di luar. Yang di Indonesia itu justru ABK Myanmar dan lain-lain. Ini mereka lakukan supaya tidak terlacak, itu sistem modus operandi di perikanan. Kita jumlahnya terbanyak karena penduduk Myanmar juga tidak sebanyak Indonesia. Sayang masih belum bisa dibuka besar-besaran," tandas dia.(Dny/Nrm)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya