Liputan6.com, Yokohama - CEO PT Adaro Energy Tbk (ADRO) Garibaldi Thohir berambisi membawa Adaro menjadi perusahaan energi terbesar di ASEAN. Untuk mencapai target tersebut, perusahaan batu bara itu gencar ekspansi ke bisnis jasa tambang, logistik hingga pembangkit listrik.
"Adaro yang awalnya hanya perusahaan tambang, saya integrasikan jadi tambang, logistik dan power plant," jelas pria yang akrab disapa Boy Thohir saat berbincang dengan Liputan6.com di PLTU Isogo, Yokohama, Jepang pada Sabtu, 12 November 2016.
Dengan masuk ke bisnis pembangkit listrik, lanjut Boy, Adaro turut mendukung program 35 ribu megawatt (MW) yang dicanangkan pemerintah. Adaro juga bisa memberikan nilai tambah dengan turut melistriki Indonesia.
Advertisement
Baca Juga
Dari sisi bisnis, proyek pembangkit listrik cukup menguntungkan karena akan menghasilkan pengembalian investasi yang baik serta arus kas yang stabil dan dapat diperkirakan.
Tak hanya itu, pembangkit listrik tersebut juga bisa menyerap batu bara yang diproduksi perseroan sehingga mendukung misi Adaro menjadi perusahaan energi yang terintegrasi.
"Kami akan terus mengembangkan divisi power plant. Kita tidak akan berhenti di batu bara, kita ingin ke gas-fired power plants, solar dan renewable energy lainnya," tuturnya.
Boy menjelaskan, saat ini Adaro tengah fokus menggarap proyek pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) Batang, Jawa Tengah dengan kapasitas 2x1.000 MW. PLTU terbesar di ASEAN itu dibangun Adaro dengan menggandeng dua perusahaan Jepang yaitu Itochu Corp dan J-Power.
"Masing-masing kepemilikan Adaro 34 persen, J-Power 34 persen dan Itochu 32 persen, itulah konsorsium pembangunan PLTU di Batang," jelas dia.
Boy menyebutkan, nilai investasi proyek tersebut sekitar US$ 4,2 miliar. Ditargetkan unit I dari PLTU Batang akan beroperasi Juni 2020 disusul unit II pada Desember 2020.
Dia berharap, saat pembangkit listrik sudah mulai beroperasi, kapitalisasi pasar perseroan bisa meningkat 2-3 kali lipat dari kondisi saat ini. Menurut data Bloomberg, kapitalisasi pasar Adaro saat ini mencapai Rp 51,33 triliun.
"Cita-cita kami ke depan, Adaro bisa menjadi perusahaan tambang dan energi terbesar di Indonesia, bahkan Insya Allah bisa di Asia Tenggara," ungkap dia.
Simak wawancara lengkap Liputan6.com dengan CEO Adaro Boy Thohir berikut: