Industri Minta Pemerintah Segera Turunkan Harga Gas

Harga gas bagi industri pulp dan kertas merupakan komponen terbesar kedua setelah biaya bahan baku dalam keseluruhan biaya produksi.

oleh Septian Deny diperbarui 16 Nov 2016, 08:58 WIB
Diterbitkan 16 Nov 2016, 08:58 WIB

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah terus berupaya untuk menurunkan harga gas bagi industri di Tanah Air. Harga gas yang tinggi selama ini dinilai menjadi penggerus daya saing produk dan industri lokal.

Ketua Umum Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia (APKI) Aryan Warga Dalam‎ mengatakan, selama ini industri pulp dan kertas menggunakan energi dari beberapa sumber diantaranya gas. Namun, harga gas di Indonesia jauh lebih mahal dibanding harga gas di negara-negara tetangga di kawasan ASEAN.

Dia menjelaskan, harga gas bagi industri pulp dan kertas merupakan komponen terbesar kedua setelah biaya bahan baku dalam keseluruhan biaya produksi. Kebutuhan gas bumi untuk industri pulp dan kertas pada 2015 mencapai 301,92 MMSCFD.

"Harga gas yang diterima oleh Industri pulp dan kertas berkisar US$ 9,15-11 per MMBTU, sedangkan di negara ASEAN lainnya harga gas di bawah US$ 5 per MMBTU. Perbedaan ini, berdampak langsung terhadap biaya produksi sehingga dapat menurunkan daya saing industri kertas," ujar dia dalam keterangan tertulis di Jakarta, Rabu (16/11/2016).

Di sisi lain, lanjut dia, sesuai dengan Perpres Nomor 61 Tahun 2011 tentang Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (RAN GRK), industri pulp dan kertas ditargetkan untuk dapat menurunkan emisi sebesar 0,38 juta ton CO2e per tahun. Penurunan emisi ini hanya dapat dicapai dengan mengganti penggunaan energi dari batubara menjadi gas.

Menurut dia, apabila harga gas diturunkan menjadi US$ 4-US$ 5 maka dampak ekonomi penurunan harga gas tersebut dapat meningkatkan daya saing industri pulp dan kertas nasional dan diharapkan dapat mendongkrak penjualan pulp dan kertas sebesar 15 persen. Atas dasar kenaikan produksi dan penjualan pulp dan kertas, akan meningkatkan pendapatan negara dan tentunya juga meningkatkan penyerapan tenaga kerja.

“Kami berharap penurunan harga gas dapat segera diterapkan untuk mengembalikan kondisi industri pulp dan kertas yang cenderung mengalami penurunan dan juga untuk mendorong peningkatan kinerja industri pulp dan kertas sebagai industri nasional yang strategis dan berdaya saing global,” kata dia.

Sebagai informasi, industri pulp dan kertas Indonesia merupakan industri strategis nasional yang memberikan kontribusi terhadap devisa negara sekitar US$ 5,6 miliar per tahun. Industri pulp Indonesia menempati peringkat ke-9 di dunia dan industri kertas menempati peringkat ke 6 dunia.

“Di Asia, industri kertas berada di peringkat 3 di bawah Tiongkok dan Jepang. Namun dilihat dari tren ekspor pulp dan kertas Indonesia cenderung mengalami penurunan, seiring dengan turunnya kapasitas produksi dan tutupnya beberapa pabrik. Hal tersebut dikarenakan semakin meningkatnya biaya produksi, harga jual kertas yang cenderung turun, membanjirnya produk-produk kertas impor serta mahalnya harga gas,” tandas Aryan. (Dny/Gdn)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya