Efek Trump Masih Terasa, Modal Asing Kabur Dari RI

Efek kemenangan Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat (AS) memberikan ketidakpastian bagi perekonomian dunia

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 06 Des 2016, 17:18 WIB
Diterbitkan 06 Des 2016, 17:18 WIB
20161109- Donald Trump Unggul Rupiah Terpuruk-Jakarta-Angga Yuniar
Rupiah pada saat istirahat siang ini tercatat melemah sebesar 162 poin atau turun tajam 1,24 persen ke kisaran Rp 13.246 per dolar AS, Jakarta, Rabu (9/11). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Efek kemenangan Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat (AS) memberikan ketidakpastian bagi perekonomian dunia. Imbas ke negara-negara berkembang, termasuk Indonesia adalah keluarnya ‎aliran modal asing di pasar obligasi senilai lebih dari Rp 30 triliun usai terpilihnya Trump.

‎"Kita lihat ada faktor ketidakpastian yang sangat tinggi, efek Trump masih, bahkan Amerika Serikat (AS) belum tahu seberapa dampaknya ke perekonomian global, terhadap dana-dana emerging market," kata Kepala Departemen Kebijakan dan Moneter Bank Indonesia (BI), Juda Agung di Hotel Fairmont, Jakarta, Selasa (6/12/2016).

Dengan begitu, dia mengaku, kondisi ini menyebabkan ketidakpastian pada nilai tukar rupiah. "Nilai tukar rupiah sulit ya, karena faktor ketidakpastian masih ada. Kalau level ‎rupiah, no body knows (tak ada yang tahu)," jelas Juda.

Dari sisi keluarnya aliran modal asing, diakui Juda, terjadi capital outflow pada Surat Utang Negara (SUN) dan obligasi sudah lebih dari Rp 30 triliun. "Total year to date (Januari-N‎ovember) lebih dari Rp 105 triliun," terangnya.

Dia bilang, fundamental ekonomi Indonesia cukup baik yang ditunjukkan defisit transaksi berjalan diperkirakan 1,9 persen terhadap PDB, inflasi terjaga, ekspor di kuartal I 2016 kembali positif baik dari volume maupun nilai ekspor.

"Tapi hari ini positif, ada inflow. Jadi saya lihat full year masih kondusif di 2016. Pada 2017, banyak ketidakpastian, kita harus siap dengan segala skenario global termasuk dan utamanya dari Trump," papar Juda.

Ketidakpastian global, sambungnya, ditambah dengan kemunduran Perdana Menteri Italia karena hasil referendum, sehingga masih menantikan Perdana Menteri yang baru apakah lebih nasionalis atau justru anti Uni Eropa.

"Ini menimbulkan risiko. Jadi yang perlu dicermati Italia dan Prancis karena ketidakpastian global, seperti Trump. Dampak langsungnya ke kita tidak banyak, tapi kita harus lebih hati-hati," tukas Juda.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya