Ada 19 Perusahaan Proses Pencatatan Saham di BEI

BEI menyatakan, ada 8 perusahaan yang telah mencatatkan saham hingga kini dengan total dana yang dihimpun Rp 3,7 triliun.

oleh Agustina Melani diperbarui 08 Feb 2025, 08:02 WIB
Diterbitkan 08 Feb 2025, 08:02 WIB
Ada 19 Perusahaan Proses Pencatatan Saham di BEI
Bursa Efek Indonesia (BEI) menyebutkan ada 19 perusahaan dalam pipeline pencatatan saham hingga kini. Dari 19 perusahaan, 18 memiliki aset di atas Rp 250 miliar. (Liputan6.com/Angga Yuniar)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Bursa Efek Indonesia (BEI) menyebutkan ada 19 perusahaan dalam pipeline pencatatan saham hingga kini. Dari 19 perusahaan, 18 memiliki aset di atas Rp 250 miliar.

Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna menuturkan, hingga 7 Februari 2025 telah tercatat 8 perusahaan yang mencatatkan saham di BEI. Total dana yang dihimpun Rp 3,7 triliun. BEI juga tengah proses sejumlah perusahaan untuk catatkan saham perdana di BEI.

“Hingga saat ini, terdapat 19 perusahaan dalam pipeline pencatatan saham BEI,” ujar Nyoman, ditulis Sabtu (8/2/2025).

Berikut adalah klasifikasi aset perusahaan yang saat ini berada dalam pipeline merujuk pada POJK Nomor 53/POJK.04/2017:

-0 perusahaan aset skala kecil (aset di bawah Rp 50 miliar)

-1 perusahaan aset skala menengah (aset antara Rp 50 miliar-Rp 250 miliar)

-18 perusahaan aset skala besar (aset di atas Rp 250 miliar)

Berikut rincian sektornya:

-2 perusahaan dari sektor basic materials

-0 perusahaan dari sektor consumer cyclicals

-6 perusahaan dari sektor consumer non-cylicals

-3 perusahaan dari sektor energi

-1 perusahaan dari sektor keuangan

-3 perusahaan dari sektor perawatan kesehatan

-3 perusahaan dari sektor industri

-0 perusahaan dari sektor infrastruktur

-0 perusahaan dari sektor properti dan real estate

-0 perusahaan dari sektor teknologi

-1 perusahaan dari sektor transportasi dan logistic

Sementara itu, hingga kini telah diterbitkan 8 emisi dari 7 penerbit EBUS dengan dana yang dihimpun sebesar Rp 8,6 triliun.

Hingga 7 Februari 2025, BEI menyebutkan ada 18 emisi dari 14 penerbit efek bersifat utang dan sukuk (EBUS) yang sedang berada dalam pipeline. Berikut klasifikasi sektornya:

-3 perusahaan dari sektor basic materials

-1 perusahaan dari sektor consumer cyclicals

-1 perusahaan dari sektor consumer non-cylicals

-4 perusahaan dari sektor energi

-4 perusahaan dari sektor keuangan

-0 perusahaan dari sektor perawatan kesehatan

-0 perusahaan dari sektor industri

-1 perusahaan dari sektor infrastruktur

-0 perusahaan dari sektor properti dan real estate

-0 perusahaan dari sektor teknologi

-0 perusahaan dari sektor transportasi dan logistic

 

Rights Issue

Pasar saham Indonesia naik 23,09 poin
Pekerja mengamati pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di salah satu perusahaan Sekuritas, Jakarta, Rabu (14/11). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil bertahan di zona hijau pada penutupan perdagangan hari ini. (Liputan6.com/Angga Yuniar)... Selengkapnya

Dari rights issue, per 7 Februari 2025 belum ada yang menerbitkan saham baru dengan mekanisme rights issue.

Adapun 7 perusahaan tercatat dalam pipeline rights issue BEI antara lain:

-3 perusahaan dari sektor basic materials

-0 perusahaan dari sektor consumer cyclicals

-0 perusahaan dari sektor consumer non-cylicals

-2 persahaan dari sektor energi

-0 perusahaan dari sektor keuangan

- 2 perusahaan dari sektor kesehatan

- 0 perusahaan dari sektor industri

- 0 perusahaan dari sektor infrastruktur

- 0 perusahaan dari sektor properti dan real estate

- 0 perusahaan dari sektor teknologi

-0 perusahaan dari sektor transportasi dan logistik

BEI Siapkan Sejumlah Inisiatif pada 2025, Apa Saja?

Perdagangan Awal Pekan IHSG Ditutup di Zona Merah
Pekerja tengah melintas di layar pergerakan IHSG di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (18/11/2019). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup pada zona merah pada perdagangan saham awal pekan ini IHSG ditutup melemah 5,72 poin atau 0,09 persen ke posisi 6.122,62. (Liputan6.com/Angga Yuniar)... Selengkapnya

Sebelumnya, Bursa Efek Indonesia (BEI) bakal melaksanakan sejumlah inisiatif dalam rangka pendalaman pasar, mulai dari sisi peningkatan likuiditas pasar, pengembangan produk dan instrumen baru, hingga penyempurnaan teknologi dan infrastruktur.

Direktur Utama BEI, Iman Rachman menjelaskan beberapa pengembangan baru yang akan dilakukan BEI, yaitu Intraday Short Selling, Pembaruan Sistem Perdagangan dan Pengawasan (PSPP), Pembaruan Sistem Perdagangan (PSP) Surat Utang, Implementasi SPPA Repo, Pengembangan Liquidity Provider Saham, Pengembangan Derivatif Keuangan UU P2SK melalui Kontrak Berjangka Indeks Asing (KBIA) dan Implementasi Periode Non-Cancellation pada sesi pre-opening dan pre-closing.

BEI juga berencana untuk meluncurkan produk ETF Emas yang diharapkan dapat menjadi alternatif investasi bagi para investor yang tertarik dengan produk berbasis emas.

“Seluruh pengembangan ini diharapkan dapat diimplementasikan pada tahun 2025 hingga tahun 2026,” kata Iman dalam keterangan resmi, dikutip Selasa (31/12/2024).

Menyambut 2025, BEI juga telah menetapkan sejumlah target yang akan dicapai meliputi pertumbuhan jumlah investor sebanyak 2 juta investor baru, Rata-rata Nilai Transaksi Saham Harian mencapai Rp 13,5 triliun, dan total jumlah pencatatan efek baru di pasar modal mencapai 407 efek.

Adapun Iman menyebut pencapaian target tersebut tentunya memerlukan dukungan serta kontribusi dari seluruh stakeholders pasar modal demi mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia.

 

Infografis Efek Donald Trump Menang Pilpres AS ke Perekonomian Global
Infografis Efek Donald Trump Menang Pilpres AS ke Perekonomian Global. (Liputan6.com/Abdillah)... Selengkapnya
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya