Rupiah Kembali Melemah, Tapi Tak Sedalam Pekan Lalu

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kembali melemah pada perdagangan Jumat pekan ini.

oleh Arthur Gideon diperbarui 09 Des 2016, 13:10 WIB
Diterbitkan 09 Des 2016, 13:10 WIB

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kembali melemah pada perdagangan Jumat pekan ini. Namun pelemahan rupiah ini tak sedalam sesaat setelah Donald Trump memenangkan pemilihan presiden AS.

Mengutip Bloomberg, Jumat (9/12/2016), rupiah di buka di level 13.351 per dolar AS. Angka pembukaan tersebut melemah jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 13.287 per dolar AS. Namun, pelemahan ini tidak sedalam pada pekan pemilihan presiden AS. Saat itu, rupiah sempat menyentuh level 13.565 per dolar AS.

Sepanjang pagi hingga siang hari ini, rupiah berada di kisaran 13.319 per dolar AS hingga 13.351 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah masih menguat 3,29 persen.

Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 13.337 per dolar AS. Patokan pada hari ini melemah jika dibandingkan dengan sehari sebelumnya yang ada di angka 13.304 per dolar AS.

Nilai tukar mata uang di beberapa negara di Asia terhadap dolar AS bergerak tidak seirama pada perdagangan hari ini. Sebagian besar investor menunggu hasil dari kebijakan yang akan dijalankan oleh Bank Sentral Eropa.

Sampai saat ini, Bank Sentral Eropa memberikan sinyal untuk tetap memberikan stimulus moneter. Namun memang, nilai dana yang akan diguyurkan akan dikurangi.

"Pergerakan bursa saham dan nilai tukar tidak seirama karena investor saat ini masih mencoba untuk memahami dampak dari kebijakan dari Bank Sentral Eropa," jelas Manajer Investasi AllianceBernsteinLP, New York, AS, Shamaila Khan.

Kemarin, Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Mirza Adityaswara mengatakan bahwa sesaat setelah Donald Trump memenangkan pemilihan presiden, rupiah langsung tertekan.

Namun tekanan yang dialami rupiah tidak sedalam mata uang di beberapa negara berkembang lain. Dalam dua hari terakhir, tekanan tersebut sudah tak besar lagi dan rupiah kembali menguat.

Dalam beberapa pekan ini, BI memang terus melakukan intervensi di dua pasar. Pertama pasar valuta asing dan kedua pasar obligasi. "Intervensi tersebut karena terjadi capital outflow," jelas dia. Dengan adanya intervensi tersebut, pelemahan rupiah tak dalam dan volatilitas juga tak besar.

Dengan adanya intervensi tersebut, tak heran jika cadanga devisa BI tergerus. Posisi cadangan devisa Indonesia akhir November 2016 tercatat sebesar US$ 111,5 miliar, lebih rendah dibandingkan dengan posisi akhir Oktober 2016 yang sebesar US$ 115 miliar.

Meskipun mengalami penurunan, posisi cadangan devisa per akhir November 2016 tersebut cukup untuk membiayai 8,5 bulan impor atau 8,1 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor. (Gdn/Ndw)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya