Liputan6.com, New York - Harga minyak naik lebih dari 2 persen terpicu ekspektasi jika pertemuan OPEC di akhir pekan ini akan menunjukkan komitmen kesepakatan penurunan produksi minyak global.
Melansir laman Reuters, Sabtu (21/1/2017), harga minyak mentah Brent berakhir naik US$ 1,33 atau 2,5 persen menjadi US$ 55,49 per barel.
Sementara harga minyak mentah AS untuk pengiriman Februari ditutup naik US$ 1,05, atau 2 persen menjadi US$ 52,42 per barel. Sementara kontrak Maret ditutup naik 2,1 persen pada posisi US$ 53,22 per barel.
Advertisement
Anggota OPEC dan beberapa negara produsen lainnya termasuk Rusia akan bertemu di Wina pekan ini untuk membentuk mekanisme guna memverifikasi untuk memotong 1,8 juta barel minyak per hari (bph) sesuai kesepakatan.
Baca Juga
Menteri Energi Arab Saudi mengatakan 1,5 juta barel per hari sudah dibawa keluar dari pasar.
"Pasar minyak bergerak lebih tinggi di perdagangan Jumat di putaran terakhir pembicaraan positif tentang berapa banyak pasokan telah diambil menjelang ulasan OPEC dan perwakilan non-OPEC di Wina," ujar Analis Citi Futures Tim Evans, dalam sebuah catatan.
Harga minyak sempat mengupas keuntungan setelah data dari perusahaan jasa energi Baker Hughes menunjukkan perusahaan pengeboran AS minggu ini menambah rig minyaknya dalam hampir empat tahun.
Namun pembengkakan stok minyak di AS dan meningkatnya produksi shale bisa mengancam keseimbangan pasar, kata para analis.
"Untuk keseimbangan abadi yang akan dikembalikan pada pasar minyak dan saham sangat tinggi berkurang, perjanjian (OPEC) tersebut akan perlu secara ketat dilaksanakan selama periode yang cukup lama," kata Commerzbank dalam sebuah catatan.
Memang persediaan minyak mentah AS secara tak terduga melonjak 2,3 juta barel pekan lalu.
Di sisi lain, Libya National Oil Corporation (NOC), mengatakan produksinya sekarang harus naik ke 722 ribu barel per hari, setelah cuaca buruk menyebabkan dip kecil.