RNI Bukukan Kenaikan Laba Lebih dari 250 Persen

PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) mampu membukukan laba konsolidasi Rp 247 miliar.

oleh Arthur Gideon diperbarui 14 Mar 2017, 19:09 WIB
Diterbitkan 14 Mar 2017, 19:09 WIB
RNI
PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) mampu membukukan laba konsolidasi Rp 247 miliar.

Liputan6.com, Jakarta - PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI), perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang agroindustri, farmasi  dan perdagangan, mampu membukukan laba konsolidasi Rp 247 miliar. Angka tersebut meningkat 258 persen dibanding 2015 yang tercatat Rp 69 miliar. 

Direktur Utama RNI Didik Prasetyo mengatakan, kontribusi laba dari sektor industri gula tercatat Rp 98 miliar, turun dibanding 2015 yang ada di angka Rp 209 miliar. Namun, sektor farmasi dan alat kesehatan mengalami peningkatan laba menjadi Rp 108 miliar dari Rp 83 miliar.

Kontribusi laba sektor perdagangan berada di angka Rp 42 miliar, meningkat dari tahun sebelumnya yang mencapai Rp 22 miliar. "Peningkatan kinerja ketiga sektor tersebut mampu menutup pencapaian sektor perkebunan yang masih minus Rp 94 miliar." jelas dia seperti dikutip dari keterangan tertulis, Selasa (14/3/2017).

Dari sisi penjualan, pada 2017, RNI menargetkan angka penjualan sebesar Rp 6,3 triliun, atau meningkat sebesar 25 persen dari 2016 yang sebesar Rp 5 triliun. Penjualan dari sektor Agro, baik industri tebu maupun industri perkebunan lainnya, ditargetkan meningkat 23 persen menjadi Rp 2,2 triliun dari Rp 1,8 triliun.

Sementara penjualan dari sektor non agro industri ditargetkan menembus angka Rp 4,1 triliun, atau naik 26 persen dari tahun sebelumnya sebesar Rp 3,3 triliun.

Didik menambahkan, dalam menghadapi isu-isu strategis tahun 2017, RNI akan mempertajam perannya sebagai Investment Holding.

“Kami akan tingkatkan daya saing anak perusahaan melalui sinergi antar anak perusahaan. Salah satunya adalah dengan mendorong sinergi melalui Integrated Supply Chain (ISC)," ungkap Didik.

Salah satu upaya yang akan ditempuh adalah dengan menganggarkan belanja modal (capital expenditure) sebesar Rp 1,6 triliun pada 2017 atau meningkat 159 persen dibanding tahun 2016. Belanja modal tersebut dipergunakan untuk pengembangan lini bisnis agroindustri, baik di lapangan maupun luar lapangan, dan industri farmasi.

Peningkatan belanja modal tersebut diharapkan dapat juga meningkatkan aset perseroan. Pada 2016, nilai Aset RNI meningkat sebesar Rp 10,5 triliun, atau mengalami pertumbuhan 54 persen dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp 6,8 triliun. (Gdn/Ndw)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya