Liputan6.com, New York - Harga emas menguat didorong dolar Amerika Serikat (AS) sedikit melemah dan imbal hasil surat berharga AS yang tertekan.
Selain itu, ketegangan AS dengan Korea Utara dan jelang pemilihan presiden Prancis juga menambah kekhawatiran pasar sehingga berdampak ke harga emas.
Ada pun indeks dolar AS turun ke level terendah dalam tiga minggu sai data perumahan AS yang mengecewakan. Sedangkan mata uang Inggris pound sterlling melonjak usai perdana menteri Inggris Therea May menyampaikan akan menggelar pemilihan umum lebih cepat.
Advertisement
Hal itu menambah ketidakpastian di pasar ditambah ketegangan geopolitik termasuk Suriah, Afganistan, Turki dan hubungan antara AS dengan Rusia dan China.
Baca Juga
"Dalam jangka pendek masih berisiko turun. Ketidakpastian politik masih menjadi fokus. Kami melihat yen melanjutkan penguatan," ujar Kepala Riset Saxo Bank Ole Hansen, seperti dikutip dari laman Reuters, Rabu (19/4/2017).
Ia menambahkan, harapan terhadap dolar AS seiring presiden AS Donald Trump menilai dolar AS terlalu menguat memberikan dampak negatif untuk dolar AS. Ditambah data ekonomi AS mengecewakan sehingga mengubah persepsi seberapa besar kenaikan suku bunga.
Pelemahan dolar AS telah membuat harga emas menjadi lebih murah bagi investor non AS. Ada pun imbal hasil surat berharga AS turun ke level terendah dalam lima bulan.
Harga emas di pasar spot naik 0,6 persen menjadi US$ 1.291,98 per ounce. Sedangkan harga emas berjangka menguat 0,2 persen menjadi US$ 1.294,10.
Sentimen lainnya dari Prancis dengan investor makin gugup jelang pemilihan presiden Prancis. Analis TD Securities Ryan McKay pun tidak mengharapkan harga emas dapat bertahan lama di atas US$ 1.300. "Bank sentral Amerika Serikat atau the Federal Reserve masih akan menaikkan suku bunga sebanyak dua kali pada tahun ini," ujar McKay.
"Hingga ada sesuatu terjadi di fundamental maka akan mengubah pandangan bank sentral AS dan terjadi sesuatu di Korea Utara, harga emas di level resistance di US$ 2.90-US$ 1.300." ujar dia.