Ketegangan Geopolitik Masih Jadi Pendorong Kenaikan Harga Emas

Harga emas berjangka naik 0,3 persen dan menetap di US$ 1.278,1 per ounce.

oleh Arthur Gideon diperbarui 13 Apr 2017, 06:45 WIB
Diterbitkan 13 Apr 2017, 06:45 WIB
20151109-Ilustrasi-Logam-Mulia
Ilustrasi Logam Mulia (iStockphoto)

Liputan6.com, London - Harga emas masih mampu menguat tipis pada penutupan perdagangan Rabu (Kamis pagi waktu Jakarta). Minat investor kepada instrumen safe haven masih cukup kuat di tengah beberapa isu geopolitik. 

Mengutip Reuters, harga emas di pasar spot emas stabil di kisaran US$ 1.274,8 per ounce. Sebelumnya, harga emas di pasar spot sempat melonjak hampir 2 persen. Sedangkan harga emas berjangka naik 0,3 persen dan menetap di US$ 1.278,1 per ounce.

Ketegangan geopolitik masih menjadi sentimen penggerak harga emas. ketegangan di Semenanjung Korea dan juga Timur Tengah terkait Suriah masih menjadi sentimen yang mendorong harga emas.

"Banyak sentimen yang mempengaruhi gerak harga emas tetapi paling besar tetap ketegangan di Timur Tengah dan Korea Utara," jelas Managing Director RBC Wealth Management, George Gero.

Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Rex Tillerson tiba di Moskow, Rusia, pada Selasa, 11 April 2017 waktu setempat. Ia direncanakan akan bertemu dengan Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov.

Kunjungan ini menjadi sorotan, karena pertemuan kedua menlu tersebut berlangsung tak lama setelah serangan misil AS ke Suriah. Serangan tersebut dikutuk oleh Moskow, yang secara terbuka mendukung rezim Presiden Suriah Bashar al-Assad.

Agenda awal pertemuan kedua menlu itu adalah untuk memperbaiki hubungan antara Rusia dan AS.

Washington mengklaim bahwa pemerintah Assad mendalangi serangan senjata kimia di Idlib, Suriah. Negeri Paman Sam juga mengklaim Rusia secara tidak langsung bertanggungjawab atas serangan nahas itu.

Selain itu, Presiden China Xi Jinping dan Presiden AS Donald Trump mendiskusikan situasi di Korea Utara dan Suriah via sambungan telepon.

Presiden Trump dilaporkan beberapa kali menghubungi Xi melalui telepon dan meminta Negeri Tirai Bambu mengendalikan tetangganya, Korea Utara. Khususnya, ketika negeri pimpinan Kim Jong-un itu mulai memutakhirkan program hulu ledak nuklirnya sejak 2016 lalu.

Saat ini, tensi di Semenanjung Korea tengah menegang. Pada Minggu, 9 April 2017 lalu, AS mengirim sejumlah kapal tempur untuk mendekat ke Semenanjung Korea, tak jauh dari wilayah perairan Korea Utara. Beberapa hari setelahnya, China mengirim sekitar 150 ribu pasukannya ke perbatasan China-Korut. (Gdn/Ndw)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya