PLN Uji Coba Proyek Listrik dari Briket Sampah

Listrik Kerakyatan ini adalah metode hybrid pembangkit energi terbarukan melalui proses gasifikasi briket sampah dan pv solar panel.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 02 Agu 2017, 18:25 WIB
Diterbitkan 02 Agu 2017, 18:25 WIB
Listrik Kerakyatan ini adalah metode hybrid pembangkit energi terbarukan melalui proses gasifikasi briket sampah dan pv solar panel.
Listrik Kerakyatan ini adalah metode hybrid pembangkit energi terbarukan melalui proses gasifikasi briket sampah dan pv solar panel.

Liputan6.com, Jakarta - PT PLN (Persero) terus mendorong rasio elektrifikasi nasional termasuk di daerah pedalaman. Salah satu ide yang dikembangkan oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN) tersebut adalah Listrik Kerakyatan.

Direktur Perencanaan Korporat PLN Nicke Widyawati menjelaskan, gagasan Listrik Kerakyatan ini mampu menjadi solusi listrik di daerah pedalaman terutama di wilayah Indonesia Timur. Listrik Kerakyatan ini adalah metode hybrid pembangkit energi terbarukan melalui proses gasifikasi briket sampah dan pv solar panel.

"Dengan adanya gagasan Listrik Kerakayatan target 25 persen implementasi energi baru dan terbarukan di tahun 2025 dapat terealisasi," jelas dia. Saat ini PLN sedang mengembangkan proyek percontohan listrik kerakyatan di dua lokasi, yaitu Desa Gunaksa, kabupaten Klungkung, Bali dan Kelurahan Benoa kecamatan Kuta Selatan kabupaten Badung, Bali.

Proyek percontohan Listrik Kerakyatan ini akan diresmikan bertepatan dengan peringatan Hari Listrik Nasional 2017. Dengan mengimplementasikan Listrik Kerakyatan, pemerataan listrik di Indonesia terutama di wilayah pedesaan dapat direalisasikan dengan cepat.

Selain itu, karena sifatnya kerakyatan, masyarakat dapat menjadi mitra PLN dalam mewujudkan ketahanan energi nasional serta memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk memproduksi listrik dan menjualnya baik dalam skema offgrid ataupun ongrid.

Menurut General Manager PLN Distribusi Bali Sandika Aflianto menjelaskan, PLN sangat mendukung gagasan Listrik Kerakyatan yang mengusung konsep distributed generation dengan filosofi membangun 1 MW di 1000 lokasi sama dengan mambangun 1000 MW di 1 lokasi.

Sandika menjelaskan, gagasan Listrik Kerakyatan sangat relevan dengan sejumlah permasalahan di Bali. Pertama adalah masalah sampah karena Bali merupakan pusat wisata. Kedua masalah listrik pedesaan yang belum teraliri listrik dan masuk kategori TK II dimana sistemnya radial. Sehingga, masih ada pemadaman listrik jika ada pemeliharaan jaringan listrik.

Pengagas Listrik Kerakyatan, Supriadi Legino memaparkan Listrik Kerakyatan memiliki 4 tujuan utama, yaitu: Pertama melistriki daerah yang terisolir termasuk di pulau-pulau terluar dan perbatasan serta mengatasi daerah krisis listrik. Kedua membantu usaha pemerintah untuk menghemat penggunaan BBM dan bahan bakar fosil.

Ketiga membantu mengatasi masalah pembuangan sampah, khususnya untuk masyarakat perkotaan. Keempat memberdayakan pengusaha kecil di setiap daerah untuk menjadi pengusaha listrik swasta secara gotong royong dan membuka lapangan kerja dalam bidang ketenagalistrikan bagi masyarakat di tingkat pedesaan.

Kelima Listrik Kerakyatan menawarkan opsi pembangunan IPP mini dengan cepat karena bisa dikerjakan secara simultan pada desa-desa tersebut dengan investasi yang murah namun dengan hasil yang berkelanjutan (sustainability development).

Tonton Video Menarik Berikut Ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya