Usul Pengusaha agar Konsumsi Masyarakat Meningkat

Ketua Umum Apindo Haryadi Sukamdani mengusulkan sejumlah hal untuk meningkatkan daya beli masyarakat.

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 06 Agu 2017, 08:00 WIB
Diterbitkan 06 Agu 2017, 08:00 WIB
20151217-Kemendag Wajibkan Peraturan SNI Kepada Pengusaha Ritel
Ketua Umum Apindo Haryadi Sukamdani mengusulkan sejumlah hal untuk meningkatkan daya beli masyarakat.

Liputan6.com, Jakarta - Pengusaha yang tergabung dalam Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) menyayangkan ada penurunan konsumsi masyarakat yang terjadi hingga semester II 2017. Dampak hal itu, berbagai sektor industri juga lesu.

Ketua Umum APINDO Haryadi Sukamdani menjelaskan salah satu sektor industri yang mengalami tekanan adalah sektor manufaktur. Terlihat pertumbuhan penjualan kendaraan bermotor pada semester I 2017 mengalami negatif.

"Kita lihat hampir semuanya turun, malah kendaraan bermotor minus. Jadi kalau berdasarkan survei yang dilakukan AC Nielsen, mereka bilang kelas menengah menunda pembelian, sementara masyarakat menengah ke bawah mereka tidak punya uang," jelas Haryadi kepada Liputan6.com, Minggu (6/8/2017).

Untuk kembali meningkatkan daya beli masyarakat tersebut, ada beberapa usulan yang disampaikan Haryadi. Pertama, mengurangi berbagai polemik yang dipublikasikan belakangan ini. Hal ini menjadikan masyarakat dan kalangan usaha lebih berhati-hati dalam berbelanja.

Kedua, memberikan insentif kepada dunia usaha, terutama di sektor padat karya. Saat ini banyak pengusaha yang enggan investasi di industri padat karya dikarenakan tingginya upah minimum yang sudah ditetapkan.

"Ini juga yang menjadikan tenaga kerja formal sekarang itu mulai menyusut, justru beralih ke informal, jadi mereka menunda pembelian," tegas dia.

Ketiga, Presiden harus memperingatkan kepada jajaran menteri untuk lebih menonjolkan optimisme pertumbuhan ekonomi, bukan justru berlomba-lomba mempublikasikan berbagai pencapaiannya.

"Presiden sudah optimis, tapi yang di bawah itu seakan pada cari panggung, tapi yang terjadi malah menimbulkan kecemasan," tutur Haryadi.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan produksi industri manufaktur besar dan sedang tercatat 4 persen pada kuartal II 2016. Bila dibandingkan 2016 sekitar 4,01 persen.

Sementara itu, pertumbuhan produksi industri manufaktur mikro dan kecil kuartal II 2017 naik 2,5 persen secara year on year (YoY). Angka ini lebih kecil dibandingkan kuartal I 2017 mencapai 6,63 persen. Pada 2016, pertumbuhan produksi industri manufaktur mikro dan kecil sebesar 5,78 persen.

Pertumbuhan positif terbesar secara kuartalan didukung industri kertas dan barang dari kertas yang naik 15,87 persen. Sedangkan pertumbuhan negatif didorong industri kendaraan bermotor, trailer dan semi trailer yang merosot 5,3 persen.(Yas)

 

Saksikan Video Menarik di Bawah Ini:

 

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya