Bappenas: Tren Transaksi Belanja Berubah, Daya Beli Seolah Turun

Pemerintah tetap mendorong berbagai macam kebijakan sehingga konsumsi tetap kuat.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 02 Agu 2017, 13:44 WIB
Diterbitkan 02 Agu 2017, 13:44 WIB
Belanja online
Ilustrasi belanja online. (Doc: Techno FAQ)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Bappenas, Bambang Brodjonegoro mengakui tren belanja masyarakat saat ini sudah berubah dari konvensional ke online. Hal ini menunjukkan transaksi penjualan tetap ada, sehingga daya beli masih terjaga.

"Konsumsi kita banyak dipengaruhi online. Itu artinya, transaksi tetap jalan. Cuma mungkin data statistik dan pajak tidak bisa mereka itu (transaksi online)," jelas Bambang di Gedung Manggala Wanabhakti, Jakarta, Rabu (2/8/2017).

Berdasarkan data Bappenas, pertumbuhan penjualan sepeda motor pada Juni 2017 terkontraksi sangat signifikan menjadi negatif 26,9 persen dibanding realisasi negatif 9,7 persen di periode yang sama 2016. Sementara penjualan mobil pada Juni tahun lalu tumbuh positif sebesar 11,4 persen, tapi anjlok tumbuh negatif sebesar negatif 27,5 persen pada bulan keenam ini.

"Itu berfluktuasi karena Juni memang turun hari kerja pendek, penjualan turun hampir di semua aspek. Penjual libur, bagaimana mau ada transaksi," ujar Darmin.

Pemerintah, kata Bambang, terus mendorong dengan berbagai macam kebijakan untuk mempermudah perizinan dan menjaga konsumsi masyarakat. "Daya beli bukan normal, tapi kita harus tetap menjaga supaya konsumsi tetap kuat," ujar Mantan Menteri Keuangan itu.

Sebelumnya, Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kemenkeu, Suahasil Nazara mengungkapkan, realisasi penerimaan PPN bertumbuh 13,5 persen dari Januari-Juni 2017 dibanding periode sama tahun lalu. Pencapaian tersebut menunjukkan adanya kenaikan transaksi penjualan di semester I ini.

"PPN di semester I (yoy) naik 13,5 persen. Artinya transaksi naik, karena kalau tidak ada transaksi, tidak mungkin PPN naik," kata Suahasil.

Dia menuturkan, data lain menunjukkan adanya kenaikan pendapatan pada sejumlah emiten yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) di berbagai sektor, yakni ritel, properti, konstruksi, infrastruktur, manufaktur, otomotif dan peralatan berat, konsumer dan farmasi, perbankan, serta lainnya.

"Kita juga berpikir, jangan-jangan ada perubahan perilaku belanja masyarakat dari offline ke online atau shifting. Memang ada yang menyebut mal kosong, ritel tutup, tapi ritel  hanya satu dari segala macam sektor di perekonomian," Suahasil menegaskan.

Dengan data pertumbuhan penerimaan PPN dan kenaikan pendapatan dari perusahaan-perusahaan terbuka, Suahasil mengakui, daya beli masyarakat Indonesia tidak turun, cenderung tetap dan masih menguat.

"(Daya beli) masih ada dong. Pertumbuhan ekonomi kita masih 5 persen, inflasi pun terkendali dan trennya menurun. Itu artinya, pemerintah masih bisa menjaga daya beli masyarakat, kan PPN juga bukan cuma dari satu sektor saja," ucap Suahasil.

Ia mengatakan, melalui efisiensi belanja barang kementerian/lembaga, pemerintah berupaya membuat Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) lebih kredibel, sehingga mampu meningkatkan konfiden terhadap konsumsi dan investasi. "Kita berharap konfiden ini terus naik," ujar Suahasil.

 

Saksikan Video Menarik di Bawah Ini:

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya