Liputan6.com, Jakarta Pengusaha mebel dan kerajinan rotan mengeluhkan kelangkaan bahan baku rotan sejak 1 tahun terakhir. Kelangkaan tersebut disinyalir akibat banyaknya ekspor bahan baku rotan secara ilegal ke negara tetangga Indonesia, seperti Singapura.
Ketua Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) Soenoto menyatakan, dari sekitar 40 ribu-60 ribu ton kebutuhan bahan baku rotan di dalam negeri, saat ini yang tersedia hanya 30 persennya saja. Sementara 70 persennya hilang dan diperkirakan diekspor secara ilegal ke negara lain.
"Padahal Indonesia ini memiliki 85 persen bahan baku rotan dunia, tapi sejak 1 tahun lalu kita krisis. Ini langka karena ekspor ilegal, karena tidak mungkin dulu mudah (mendapatkan rotan), kok tiba-tiba hilang," ujar dia di Hotel Aryaduta, Jakarta, Selasa (19/9/2017).
Advertisement
Sementara itu, berdasarkan data UN Comtrade, sejak 5 tahun terakhir, Singapura tercatat sebagai eksportir nomor 1 untuk bahan baku rotan. Padahal, negara tersebut tidak memiliki wilayah hutan yang mampu memproduksi bahan baku rotan.
"Kita memiliki banyak jalan tikus (untuk ekspor ilegal) seperti Entikong, yang paling besar jalan tikus ke Singapura. Mereka nggak punya hutan kok bisa ekspor rotan, kecuali kalau rakyat Singapura disuruh menanam rotan semua," kata dia.
Oleh sebab itu, HIMKI meminta pemerintah untuk melakukan investigasi terhadap kelangkaan bahan baku rotan. Sebab jika tidak, industri kerajinan dalam negeri akan semakin sulit untuk terus berproduksi.
"Kami meminta pemerintah untuk melakukan investigasi mencari penyebab. Kami minta dengarkan suara kami, yang merupakan orang-orang yang bergerak di hilir, yang ciptakan added value," tandas dia.