Harga Minyak Menguat Imbas Ketidakstabilan Geopolitik di Irak

Kenaikan harga minyak di dunia didorong ketidakstabilan geopolitik di Irak dan antisipasi permintaan minyak.

oleh Agustina Melani diperbarui 30 Sep 2017, 06:24 WIB
Diterbitkan 30 Sep 2017, 06:24 WIB
20151007-Ilustrasi Tambang Minyak
Ilustrasi Tambang Minyak (iStock)

Liputan6.com, Jakarta Harga minyak menguat menjelang akhir pekan ini didorong ketidakstabilan geopolitik di Irak. Sentimen itu mendorong harga minyak Brent mencetak performa terbaik sejak 2004.

Harga minyak dunia Brent naik 13 sen atau 0,2 persen menjadi US$ 57,54 per barel. Selama kuartal III 2017, harga minyak Brent sudah naik 20 persen. Sedangkan selama sepekan, harga minyak Brent mendaki 1,2 persen.

Kontrak harga minyak Brent membukukan kenaikan tertinggi lebih dari dua tahun. Bahkan mencatatkan kenaikan selama lima minggu. Kenaikan secara mingguan terpanjang sejak Juni 2016.

Sementara itu, harga minyak Amerika Serikat (AS) naik 11 sen ke posisi US$ 51,67 per barel. Itu kenaikan terkuat dalam 10 tahun. Selama sepekan, harga minyak Amerika Serikat atau West Texas Intermediate (WTI) naik dua persen.

"Salah satu konsentrasi terbesar mempengaruhi harga minyak yaitu wilayah Kurdi. Kita melihat larangan penerbangan internasional, terutama Iran," ujar Matt Smith, Direktur ClipperData seperti dikutip dari laman Reuters, Sabtu (30/9/2017).

Warga Kurdi irak mendukung pemekaran menjadi sembilan dalam sebuah referendum pada awal pekan ini. Hal itu membuat marah Turki. Pemerintah pusat di Baghdad dan negara lain khawatir kalau pemungutan suara itu menyebabkan konflik baru di wilayah kaya minyak.

Presiden Turki Tayyip Erdogan menyerukan, pemungutan suara itu tidak sah dan mengancam akan membatalkan. Selain itu, hanya berurusan dengan pemerintah Baghdad mengenai ekspor minyak dari Irak.

Kenaikan harga minyak juga didukung oleh permintaan yang diantisipasi dari penyulingan minyak AS. Hal ini lantaran aktivitas penyulingan minyak kembali operasi usai berhenti karena Badai Harvey.

Namun, produksi minyak dari the Organization of Petroelum Exporting Countires telah meningkat sebesar 50 ribu barel per hari. Survei Reuters menemukan kalau saat ekspor Irak meningkat dan produksi naik tipis di Libya.

Produsen minyak di Timur Tengah juga khawatir kalau kenaikan harga minyak baru-baru ini mendorong produksi minyak AS dan mendorong harga turun lagi.

Selain itu, perusahaan energi AS juga menambahkan rig minyak untuk pekan pertama usai pemulihan pengeboran yang terhenti selama 14 bulan.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya