Asosiasi Minta Wacana Kenaikan Cukai Rokok Perhatikan Efek Domino

Pemerintah diminta tidak menaikkan cukai rokok secara eksesif.

oleh Zulfi Suhendra diperbarui 16 Okt 2017, 18:45 WIB
Diterbitkan 16 Okt 2017, 18:45 WIB
20160308-Ilustrasi-Tembakau-iStockphoto1
Ilustrasi Tembakau (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta Pemerintah diminta tidak menaikkan cukai rokok secara eksesif. Sebab, dengan hal tersebut akan berdampak domino pada industri dan pendapatan negara.

Kenaikan tarif cukai rokok diprediksi akan berpengaruh pada harga jual rokok nantinya. Ketua Umum AMTI Budidoyo menyatakan hendaknya kebijakan cukai harus rasional dengan mempertimbangkan kelangsungan bisnis industri hasil tembakau.

"Kami sangat menolak kenaikan cukai yang eksesif (target kenaikan tarif CHT sebesar 8,9 persen di 2018), mengingat industri tembakau merupakan industri padat karya yang melibatkan jutaan orang dari hulu hingga hilir disamping juga sebagai sumber utama penerimaan cukai negara," ungkap dia di Jakarta, Senin (16/10/2017).

Kenaikan cukai sambung dia, harus mempertimbangkan kemampuan industri, di mana saat ini industri terus turun volumenya dalam 4 tahun terakhir (terakhir 2016 mencapai 342 miliar batang, turun dari 348 miliar batang di tahun 2015). Tahun ini per Juli 2017 volume turun 8 miliar batang dibanding tahun 2016.

Dia meminta industri ini tak selalu dibebani dengan kenaikan cukai yang terlalu tinggi seperti yang terjadi di tahun 2016 yang mencapai 15 persen dan 10.5 persen di tahun 2017. Saat ini beban pajak sudah mencapai 60 persen harga rokok (termasuk pajak rokok dan PPN Hasil Tembakau).

Ketua Umum Federasi Serikat Pekerja Rokok, Tembakau, Makanan dan Minuman (FSP RTMM) Sudarto menegaskan, kenaikan tarif cukai yang eksesif dipastikan akan mempercepat kematian industri hasil tembakau. Hal ini tentu akan memengaruhi penghidupan ratusan ribu buruh pekerja di pabrik rokok dan pelaku ritel pasar. 

"Kami meminta pemerintah, dalam menentukan tingkat cukai untuk mempertimbangkan masalah ketenagakerjaan, khususnya nasib buruh rokok," ujar Sudarto.

“Jika kenaikan tarif cukai rokok terlalu tinggi seperti tahun ini, maka penjualan semakin sulit dan otomatis pabrik akan mengurangi jumlah pekerjanya." tambahnya.

Ketua Paguyuban Mitra Produksi Sigaret-Kretek Indonesia (MPSI), Djoko Wahyudi, kenaikan tarif cukai rokok bakal memberi efek domino terhadap industri rokok dan pendapatan negara. "Pasalnya, kenaikkan tarif cukai rokok memaksa MPSI menaikkan harga jual rokok minimal 5 persen dari harga saat ini," tuturnya.

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya