Flying High, Kisah Hidup Bos AirAsia Tony Fernandes

Setelah 16 tahun memimpin AirAsia, Tony akhirnya meluncurkan buku autobiografinya yang berjudul Flying High.

oleh Sunariyah diperbarui 30 Okt 2017, 08:00 WIB
Diterbitkan 30 Okt 2017, 08:00 WIB
Tony Fernandes
Bos Air Asia, Tony Fernandes, sedang mempertimbangkan maju dalam bursa calon presiden FAM. (AFP/Peter Parks)

Liputan6.com, Jakarta - Nama Tony Fernandes sudah tak asing lagi di industri penerbangan. Dialah CEO Grup AirAsia, sebuah perusahaan penerbangan bertarif rendah yang berbasis di Malaysia.

Setelah 16 tahun memimpin AirAsia serta menjadikan maskapai ini sebagai perusahaan besar dan diperhitungkan, Tony akhirnya meluncurkan buku autobiografinya berjudul Flying High.

Peluncuran berlangsung di Marini's On 57 Kuala Lumpur, Malaysia, pada Minggu, 29 Oktober 2017.

Buku setebal 243 halaman ini menceritakan seluruh kisah hidup Tony, mulai dari masa kecilnya, orangtuanya, hingga mimpi-mimpinya yang telah mengantarkan dia menjadi salah satu pengusaha berpengaruh di Asia dan juga dunia.

Dalam buku ini diungkapkan bagaimana kisah perjalanan hidup Tony, dari anak-anak yang dilahirkan dalam keluarga yang mencintai musik, hingga ia kemudian berkecimpung di dunia musik, dan akhirnya pindah haluan menjadi pengusaha penerbangan yang sukses.

Menurut pengusaha keturunan India yang lahir di Malaysia ini, Flying High merupakan cerita tentang kekuatan mimpi.

"Ketika saya pertama kali memulai AirAsia bersama Datuk Kamarudin, semua berpikir kami gila. Mereka mengatakan, kami tidak akan bisa menjalankan bisnis penerbangan. Jika kami mendengarkan perkataan mereka, kami akan menyerah sebelum memulai dan buku ini tidak akan pernah ada," kata Tony seperti ditulis Senin (30/10/2017). 

Melalui buku ini, kata Tony, dia membuktikan bahwa mimpi-mimpi yang dianggap sebagian orang mustahil itu, telah menjadi kenyataan.

"Saya berharap ini akan mendorong orang lain mengejar apa yang mereka impikan. Percaya tidak percaya, mimpi tidak mungkin dan tidak pernah tidak memiliki sebuah jawaban," kata Tony yang tinggal di London dan Malaysia.

"Sekalipun kamu gagal, itu tidak masalah, sebab setidaknya kamu telah berusaha dan dapat melakukannya lagi. Yakinlah, jangan dengarkan kata siapa pun dan tetap lanjutkan, " kata Tony yang masuk dalam 100 orang paling berpengaruh di dunia pada 2015 versi majalah Time.

Salah satu mimpi Tony adalah membuat orang-orang di Asia Tenggara khususnya, saling terkoneksi, dan bisa terbang ke banyak tempat dengan biaya murah.

Tony akhirnya lega bukunya itu bisa selesai setelah sempat terkendala waktu.

"Sangat menyenangkan mengingat kembali perjalanan hidup dan semangat di dalamnya," ucap Tony.

"Saya belajar dan merasa sangat beruntung memiliki perjalanan hidup seperti ini," dia melanjutkan.

Kini, Tony semakin melebarkan sayap bisnisnya dengan membeli klub bola, Quenns Park Rangers (QPR), yang memaksanya harus tinggal di Inggris untuk mengurus klub tersebut.

Kesuksesan yang telah diraihnya tak lantas membuat Tony berhenti bermimpi. Kini ia bermimpi bisa memberi banyak kebaikan, khususnya di bidang pendidikan.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya