Harga Minyak Tergelincir Imbas Produksi AS Naik

Harga minyak merosot didorong kenaikan persediaan bensin lebih besar ditambah produksi minyak Amerika Serikat meningkat.

oleh Agustina Melani diperbarui 14 Des 2017, 06:00 WIB
Diterbitkan 14 Des 2017, 06:00 WIB
20151007-Ilustrasi Tambang Minyak
Ilustrasi Tambang Minyak (iStock)

Liputan6.com, New York - Harga minyak tergelincir selama dua hari berturut-turut usai stok minyak mentah Amerika Serikat (AS) tergelincir diimbangi kenaikan persediaan bahan bakar bensin lebih besar. Ditambah produksi minyak AS terus tumbuh hingga sentuh rekor tertinggi.

Mengutip laman Reuters, Kamis (14/12/2017), persediaan minyak mentah AS turun 5,1 juta barel pada pekan lalu. Produksi mencapai rekor tertinggi 9,78 juta barel per hari (bpd). Sedangkan pasokan bensin melonjak 5,7 juta barel, lebih dari dua kali lipat dari yang diharapkan analis sebesar 2,5 juta barel.

"Ini semacam sentimen campuran, terutama bensin sedikit lebih besar dari yang diperkirakan untuk minyak mentah. Namun, permintaan bensin sedikit turun. Biasanya pada 2017 Anda melihat permintaan sedikit lebih banyak," ujar Tariq Zahir, Managing Member Tyce Capital Advisors.

Harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) pun turun 54 sen menjadi US$ 56,60 per barel. Sementara itu, harga minyak mentah Brent tergelincir 1,4 persen atau 90 sen menjadi US$ 62,44 per barel.

Adapun indeks internasional turun 2,1 persen pada perdagangan Selasa lantaran ada aksi ambil untung. Ini didorong sentimen penutupan yang tidak direncanakan dari jaringan pipa laut Utara Forties pada awal pekan. Hal itu mendorong harga minyak acuan global di atas US$ 65 untuk pertama kali sejak pertengahan 2015.

The US Energy Information Administration memperkirakan produksi minyak mentah dalam negeri akan meningkat sebesar 780 ribu barel per hari menjadi 10,02 juta barel per hari pada 2018.

Kontrak minyak mentah AS yang akan berakhir pada akhir tahun depan lebih dramatis alami aksi jual. Secara teknikal, produsen tampaknya menguras persediaan untuk dijual agar mendapatkan harga lebih tinggi dari kontrak baru.

Sedangkan harga minyak Brent didukung penutupan perpanjangan dari pipa terbesar di Inggris dari ladang minyak dan gas Laut Utara. Hal ini agar dilakukan perbaikan usai ditemukan keretakan. Fourties merupakan aliran minyak mentah terbesar yang mendukung harga minyak Brent.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

Harga Minyak Melemah pada Perdagangan Kemarin

Sebelumnya harga minyak turun tajam pada penutupan perdagangan Selasa (Rabu pagi waktu Jakarta). Penyebab penurunan harga minyak tersebut karena pelaku pasar atau pedagang mengambil aksi ambil untung setelah harga melonjak ke level tertinggi dalam dua tahun.

Mengutip Reuters, Rabu 13 Desember 2017, harga minyak mentah Brent turun US$ 1,35 atau 2 persen menjadi US$ 63,34 per barel. Sedangkan harga minyak mentah AS menetap di US$ 56,91 per barel. Angka tersebut turun 82 sen, atau 1,4 persen.

Harga minyak naik usai U.S. Energy Information Administration menyatakan bahwa prospek produksi bulanan minyak mentah AS akan naik 780 ribu barel per hari menjadi 10,02 juta barel per hari pada 2018.

Pada bulan lalu, perkiraan yang keluar juga lebih rendah yaitu naik 720 ribu barel per hari menjadi 9,95 juga barel per hari.

"Pasar menghargai apa yang U.S. Energy Information Administration katakan," jelas analis Price Futures Group, Phil Flynn.

Selain itu, kenaikan harga minyak juga karena The Forties pipeline yang merupakan pipa yang membawa minyak mentah dari laut utara ke terminal pemrosesan di Skotlandia terpaksa ditutup karena adanya keretakan.

Agar tidak berakibat fatal maka jalur pipa tersebut terpaksa tidak digunakan dahulu untuk diperbaiki.

Para pelaku pasar percaya bahwa dengan penutupan selama beberapa hari ke depan ini akan mendorong kenaikan harga minyak.

Namun setelah mengalami kenaikan yang cukup tinggi pada perdagangan pagi hingga siang, harga minyak harus tertekan karena pelaku pasar melakukan aksi ambil untung. Oleh karena itu, penurunan harga minyak hingga lebih dari 1 persen.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya