Bitcoin Tuai Perhatian, Kini Muncul Octoin Coin

Mata uang digital kini menarik perhatian publik. Setelah marak bitcoin, kini ada octoin coin.

oleh Septian Deny diperbarui 03 Jan 2018, 19:29 WIB
Diterbitkan 03 Jan 2018, 19:29 WIB
Keuangan
Ilustrasi koin (Foto: Istockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Mata uang digital kini menarik perhatian publik. Setelah marak bitcoin, kini ada octocoin. Octoin, sebuah organisasi keuangan internasional yang bekerja di bidang pasar kriptografis menyatakan saat ini puluhan ribu masyarakat Indonesia telah berinvestasi pada mata uang digital (cryptocurrency) Octoin Coin atau OCC.

"Di Indonesia ada puluhan ribu orang yang sudah memutuskan untuk berinvestasi di OCC. Ada beberapa pemimpin baru dan klub sukses dengan orang-orang yang tahu bagaimana mendapatkan penghasilan dengan bantuan cryptocurrency," ujar Leader Octoin Indonesia, Diane, dalam keterangan tertulis di Jakarta, seperti ditulis Rabu (3/1/2018).

Menurut dia, Octoin sedang menyelesaikan tahap pengujian OCC dan bersiap untuk melepasnya ke situs pertukaran global. Keunggulan dari OCC ini yaitu memiliki algoritma penambangan PoS atau Proof of Stake.

"Ini adalah algoritma yang digunakan oleh sebagian besar generasi baru cryptocurrencies. Keunggulan kompetitif PoS adalah bahwa teknologi ini tidak lagi menggunakan daya komputasi yang besar untuk pertambangan," kata dia.

Diane menambahkan, sekarang pengguna dapat memiliki sebagian besar pangsa dalam sistem itu sendiri. Imbalannya akan sebanding dengan ukuran saham. Artinya, dana para investor tersimpan di dompet elektronik yang aman.

"Pada saat yang sama, dana tersebut bekerja secara otomatis dan bertambah banyak jumlahnya," ungkap dia.

OCC dijual pertama kali dengan harga US$ 1 per koin. Koin Ini pertama kali dirilis ke pasar pada musim gugur 2017 dan menciptakan kesuksesan besar di kalangan investor.

OCC telah aktif diperjual belikan secara internal di China, Korea Selatan, Uni Emirat Arab, India, Afrika, Turki, Eropa, Amerika Serikat dan di Indonesia.

"Octoin akan mengadakan konferensi di Surabaya pada 6 Januari 2018. Di acara ini akan ada pidato oleh ahli investasi blockchain dan cryptocurrencies bertaraf internasional. Selain tu akan ada rangkuman prestasi di tahun 2017 dan rencana pengembangan di 2018," jelas dia.

Sebagai informasi, penggunaan mata uang digital secara umum semakin meluas di beberapa negara yang memberi izin. Meski demikian, di Indonesia, penggunaan cryptocurrency sebagai alat pembayaran belum memiliki izin resmi.

Bank Indonesia (BI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) akan berkoordinasi untuk membahas lebih lanjut terkait payung hukum bagi transaksi mata uang digital di Indonesia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

Morgan Stanley: Bitcoin Tak Berharga

Ilustrasi Bitcoin
Ilustrasi Bitcoin (Liputan6.com/Andri Wiranuari)

Sebelumnya, riset terbaru yang dilakukan bank investasi dan broker retail, Morgan Stanley, mengungkap fakta baru yang mengejutkan tentang bitcoin. Analis James Faucette mengatakan, nilai sebenarnya mata uang digital ini adalah nol atau tidak berharga.

Faucette menilai, bitcoin ternyata berbeda dari uang yang beredar di pasaran atau barang berharga lainnya. Oleh karena itu, sangat sulit memberikan nilai asli pada cryptocurrency.

"Ini tidak seperti mata uang, itu tidak seperti emas, sehingga tidak memiliki skala yang bisa dihitung," tuturnya dilansir dari Business Insider, Selasa 26 Desember 2017.

Lebih lanjut ia menambahkan, bitcoin juga tidak memiliki bunga, sehingga tidak bisa diperlakukan layaknya mata uang.

Mata uang digital ini tidak memiliki penggunaan intrinsik seperti emas dalam barang elektronik atau perhiasan. Namun, investor tampaknya menganggap beberapa nilai untuk hal-hal tersebut.

Selain Faucette, guru besar Universitas Yale Stephen Roach juga menganggap konsep bitcoin itu beracun. Cryptocurrency bisa berada dalam kondisi spekulatif, sehingga sangat berbahaya.

"Ini konsep beracun bagi para investor," tukas dia.

Roach adalah mantan kepala urusan Asia dan chief economics di bank investasi Morgan Stanley. Kariernya selama 30 tahun di Morgan Stanley menjadikannya salah satu ekonom paling berpengaruh di Wall Street.

Dia mengkritik pembelian besar-besaran yang dilakukan investor terhadap bitcoin, cryptocurrency paling terkenal didunia.

"Saya tidak pernah melihat diagram sekuritas di mana harga membentuk pola vertikal. Dan Bitcoin adalah pola paling vertikal yang pernah saya lihat sepanjang karier saya," tambahnya.

Sebagai informasi, nilai bitcoin saat berita ini diturunkan berada di posisi US$ 14.400 atau Rp 195 juta. Di minggu ini, nilai bitcoin juga sempat merosot tajam dipicu dari naiknya popularitas mata uang digital lain, yakni Bitcoin Cash.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya