Impor Senjata Melonjak 677 Persen pada Januari 2018

BPS mencatat impor Indonesia pada Januari 2018 mengalami peningkatan sebesar US$ 39 juta.

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 15 Feb 2018, 14:24 WIB
Diterbitkan 15 Feb 2018, 14:24 WIB
20160609- Produk Baru Pindad-Senjata Api-Jakarta- Angga Yuniar
Produk baru buatan Pindad dipamerkan di Kemenhan, Kamis (9/6). Senjata baru tersebut Senapan Serbu SS3, Senapan Serbu SS2 subsonic 5,66mm, Sub Machine Gun PM3 dan Pistol G2 Premium. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat impor Indonesia pada Januari 2018 mengalami peningkatan sebesar US$ 39 juta menjadi US$ 15,1 miliar atau 0,26 persen dibandingkan Desember 2017.

Hal ini disebabkan karena kenaikan impor non migas yang nilainya sebesar US$ 457 juta atau naik 3,65 persen. Di sisi lain impor migas justru mengalami penurunan seebsar US$ 418 juta menjadi US$ 2,1 miliar.

Kepala BPS Suhariyanto mengatakan kenaikan impor ini paling tinggi adalah kategori barang senjata dan amunisi. Banyaknya impor senjata disebabkan kebutuhan TNI dan Polri untuk memperkuat sistem pertahanan Indonesia mengalami peningkatan.

"Senjata menjadi salah satu golongan barang yang mengalami kenaikan impor di periode Januari 2018 selain Kendaraan dan bagiannya, plastik dan barang dari plastik, baham kimia organik, mesin dan pesawat listrik," kata dia dikantornya, Kamis (15/2/2018).

BPS mencatat kenaikan impor senjata dan amunisi mencapai 677,4 persen dibandingkan Desember 2017. Nilainya pada Desember 2017 sebesar US$ 13,3 juta namun pada Januari 2018 melonjak menjadi US$ 103,4 juta.

Meski jika dibandigkan Desember 2017 mengalami penigkatan, namun jika dibandingkan Januari 2017, impor senjata dan amunisi mengalami penurunan 20,5 persen.

 

Impor Kendaraan

Ekspor Mobil Naik 20 Persen pada Semester Pertama 2017
Sejumlah mobil yang siap diekspor di Tanjung Priok Car Terminal, Jakarta, Selasa (8/8). Kemenperin mencatat ekspor mobil CBU pada Semester I tahun meningkat 20,5% dibandingkan periode yang sama tahun 2016. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Sementara untuk golongan kendaraan dan bagiannya, periode Januari 2018 BPS mencatat mengalami kenaikan 31,81 persen menjadi US$ 695,8 juta dari bulan sebelumnya US$ 527,9 juta. Sedangkan jika dibandingkan Januari 2017, impor golongan ini mengalami kenaikan 67,7 persen.

Tak kalah tinggi kenaikan impor juga terjadi untuk kategori bahan kimia organi yang mengalami kenaikan 25 persen. Pada Desember 2017 impor golonga ini hanya US$ 451,9 juta menjadi US$ 564,9 juta. Sedangkan secara Year-on-Yearn, juga masih mengalami kenaikan 12,8 persen.

Dari tingginya impor Indonesia pada Januari 2018 tersebut, Tiongkok masih menjadi negara penyumbang terbesar. Tercatat peran Tiongkok mencapai 28,94 persen.

Neraca Dagang Januari Defisit

Ekspor Mobil Tahun Ini Ditargetkan Tumbuh 7 Persen-Jabar- Immanuel Antonius-20170223
Daya saing ekspor mobil Indonesia secara keseluruhan berada di peringkat 41 dunia, Jabar, Kamis (23/2). Sementara Thailand berada di peringkat 34 dunia, dan Malaysia di peringkat 25 dunia. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Untuk diketahui, BPS melaporkan neraca perdagangan Indonesia alami defisit US$ 670 juta pada Januari 2018. Indonesia alami defisit neraca perdagangan dengan sejumlah negara antara lain China, Thailand.

Suhariyanto menuturkan, ada surplus US$ 182 juta di sektor non minyak dan gas (migas). Akan tetapi, impor naik sehingga tercatat defisit neraca perdagangan US$ 676 juta pada Januari 2018.

"Untuk nonmigas ada surplus US$ 182 juta tapi terkoreksi dengan ada defisit migas. Sehingga total neraca perdagangan defisit pada 2018," kata Suhariyanto.

Ia menambahkan, neraca perdagangan Indonesia juga alami defisit sejak Desember 2017. Pada Desember 2017, Indonesia alami defisit US$ 0,27 miliar yang dipicu defisit sektor migas US$ 1,04 miliar. Namun neraca perdagangan sektor nonmigas surplus US$ 0,77 miliar. Suhariyanto mengharapkan defisit tidak terjadi pada Februari.

"Kami harap ini tidak terjadi lagi pada bulan berikutnya sehingga neraca perdagangan surplus," kata dia.

Suhariyanto menambahkan, neraca perdagangan Indonesia alami defisit dengan sejumlah negara antara lain China sebesar US$ 1,8 miliar, Thailand sebesar US$ 211 juta dan Australia sebesar US$ 178,2 juta.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya