Menperin: RI Bakal Jadi Pemain Besar di Era Revolusi Industri ke-4

Indonesia memiliki sumber daya manusia (SDM) yang bertalenta dan pasar besar jadi pendukung masuk ke era revolusi industri ke-4.

oleh Septian Deny diperbarui 20 Mar 2018, 12:56 WIB
Diterbitkan 20 Mar 2018, 12:56 WIB
Tiga Menteri Hadiri Hibah 10 Mobil Listrik Ramah Lingkungan
Menperin Airlangga Hartarto melakukan test drive saat penyerahan 10 mobil listrik dari Mitsubishi Motors kepada pemerintah Indonesia. Mobil tersebut terdiri dari delapan unit Mitsubishi Outlander PHEV dan dua unit i-MiEV. (Liputan6.com/JohanTallo)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto meyakini Indonesia akan menjadi pemain besar di era revolusi industri ke-4 (Industry 4.0). Hal ini salah satu karena Indonesia memiliki sumber daya manusia (SDM) yang bertalenta dan pasar besar.

Airlangga Hartarto mengungkapkan, salah satu syarat sebuah negara menjadi pemain besar di sektor industri yaitu memiliki pasar yang besar. Dengan demikian, investor akan masuk untuk membangun pabriknya di negara tersebut dan menjadikannya sebagai basis produksi.

"Yang bisa jadi pemain itu yang punya domestic market. Tadi saya sampaikan bahwa e-commerce yang masuk dalam revolusi industri ke-4, digital ekonomi, 4 dari 7 perusahaan besar di ASEAN itu dari Indonesia. Dan bisa 5. Dan yang ke-6 perusahaan Malaysia. Tetapi dia bisa menjadi besar karena market Indonesia," ujar dia di Kantor Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Jakarta, Selasa (20/3/2018).

Selain itu, lanjut dia, bonus demografi, membuat Indonesia memiliki banyak SDM yang potensial untuk menggarap sektor industri.

‎"Kita juga punya banyak talenta. Kita punya banyak anak muda dan yang namanya digital ekonomi, itu dalam tanda petik labour intensive dengan skill yang berbeda. Karena harus ada call center. Karena meski semua digital, tapi untuk mengelola customer, berapa juta dari transaksi, itu tetap perlu call center," jelas dia.

Oleh sebab itu, kata Airlangga, masuknya era revolusi industri ke-4 ini tidak perlu menjadi sebuah kekhawatiran. Hal ini justru harus dilihat sebagai peluang guna mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.

"Tidak perlu khawatir, ini create new opportunity. Seperti adanya, Grab dan Gojek meng-create job, bukan mengeliminasi job. Dan kalau bicara industri, Industry 3.0 itu sudah pakai robot, sehingga saat orang mendesain itu, tak perlu khawatir," ujar dia.

 

 

 

Kemenperin Bakal Luncurkan Peta Jalan Revolusi Industri 4.0

Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto memberikan sambutan pada Peresmian Pabrik Pengolahan Garam Industri dan Konsumsi PT. UNIchemCandi Indonesia di Gresik, Jawa Timur.
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto memberikan sambutan pada Peresmian Pabrik Pengolahan Garam Industri dan Konsumsi PT. UNIchemCandi Indonesia di Gresik, Jawa Timur.

Sebelumnya, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) akan meluncurkan program Making Indonesia 4.0 yang merupakan peta jalan (roadmap) terintegrasi dan kampanye untuk mengimplementasikan strategi menghadapi era revolusi industri ke-4 (Industry 4.0). Roadmap tersebut akan diluncurkan pada 4 April 2018.

Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menyatakan, roadmap Making Indonesia 4.0 akan memberikan arahan yang jelas mengenai strategi Industry 4.0 bagi industri di Tanah Air.

Menurut dia, ada lima sektor industri yang akan jadi fokus guna memperkuat fundamental struktur industri Indonesia dalam menghadapi era revolusi ke-4 ini, yaitu industri makanan dan minuman, industri otomotif, industrik elektronik, industri kimia dan industri tekstil.

"Sektor prioritas adalah sektor yang kita percaya, apabila dilakukan implementasi Industry 4.0 dengan benar, bisa membawa aspirasi yang ditetapkan Tapi jika tidak lakukan apa-apa, maka sebagai bangsa kita kehilangan daya saing secara signifikan dan pasar kita terancam oleh negara-negara lain yang lebih siap," ujar dia di Kantor Kemenperin, Jakarta, Selasa 20 Maret 2018.

Menurut Airlangga, dari Making Indonesia 4.0 ini, pemerintah memiliki sejumlah aspirasi atau target yang akan dicapai, yaitu Indonesia menjadi 10 besar ekonomi di 2030 dan mengembalikan angka net export industri 10 persen.

Selain itu, peningkatan produktivitas tenaga kerja hingga dua kali lipat dibandingkan peningkatan biaya tenaga kerja, serta pengalokasian 2 persen GDP untuk aktivitas research and development (R&D) teknologi dan inovasi atau sekitar 7 kali lipat dari yang tersedia saat ini.

"Aspirasi tersebut adalah lompatan yang besar, kerja keras yang luar biasa perlu didukung oleh segenap pemangku kepentingan yang ada. Dalam roadmap ini, diimplementasikan Industry 4.0 telah dipersiapkan berbagai inisiatif strategis untuk masing-masing sektor prioritas," tandas dia.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya