Liputan6.com, Washington - The Federal Reserve (The Fed) atau bank sentral Amerika Serikat (AS) di bawah pemimpin baru Jerome Powell melakukan rapat pertama kali pada Selasa-Rabu pekan ini. Diperkirakan dalam pertemuan dua hari ini, the Fed akan menaikkan suku bunga.
The Fed akan menaikkan suku bunga pertama kali pada 2018, menunjukkan bukti kekuatan ekonomi AS. Pasar tenaga kerja juga kembali menguat. Demikian dikutip dari laman pressherald.com, Rabu (21/3/2018)
Kenaikan suku bunga the Fed pada 2018 merupakan keenam sejak Desember 2015. Selain itu, pertama sejak Desember 2017. Grup CME, bursa derifatif, prediksi harapan investor terhadap kenaikan suku bunga mencapai 94 persen.
Advertisement
Baca Juga
Sejak 2008, the Fed mempertahankan suku bunga acuan pada level rendah mendekati nol. Suku bunga acuan rendah ini untuk membantu mendorong pinjaman dan belanja masyarakat. Hal itu diharapkan dapat memelihara pemulihan ekonomi dari krisis keuangan pada 2008.
Akan tetapi, selama lebih dari dua tahun ini, the Fed menaikkan suku bunga secara bertahap. Suku bunga acuan the Fed kini masih berada di level rendah di kisaran 1,25-1,5 persen.
Sementara itu, pelaku pasar juga akan mencermati pembaharuan prediksi ekonomi the Fed. The Fed memperbaharui prediksi ekonomi sebanyak empat kali setiap tahun. Pembaharuan prediksi ekonomi dan suku bunga acuan pertama sejak Desember. Ini dapat memperkirakan pertumbuhan ekonomi lebih cepat, tingkat pengangguran rendah dan kenaikan inflasi.
Dalam enam tahun ini, inflasi di bawah level target the Fed. Prediksi tersebut juga termasuk dot plot. Ini merupakan survei dari partisipan atau pejabat the Federal Reserve soal kenaikan suku bunga.
Powell juga akan ikuti tradisi pimpinan the Fed sebelumnya Ben Bernanke dan Janet Yellen yang mengadakan konferensi pers empat kali dalam setahun. Konferensi per situ berlangsung selama satu jam. Hasil konferensi per situ akan dicermati investor global untuk mencari petunjuk kebijakan the Federal Reserve.
Â
The Fed Dongkrak Suku Bunga pada Desember
Sebelumnya, Bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve (the Fed) menaikkan suku bunga 0,25 persen. Hal ini sudah diperkirakan oleh banyak pihak.
Akan tetapi, kebijakan the Fed tetap menaikkan suku bunga kembali pada 2018. Ekonomi pun diproyeksikan tumbuh lebih cepat.
Kebijakan the Fed tersebut merupakan masukan dari kebijakan akhir tahun 2017. Ini juga didorong dari data ekonomi relatif baik. Ini merupakan realisasi bagi bank sentral yang berjanji untuk melanjutkan pengetatan kebijakan moneter secara bertahap.
Setelah menaikkan suku bunga sebanyak tiga kali pada 2017, the Fed diproyeksi akan naikkan suku bunga sebanyak tiga kali masing-masing pada 2018 dan 2019. Sebelum angka 2,8 persen tercapai dalam jangka panjang. Kebijakan itu tidak berubah sejak September.
"Aktivitas ekonomi meningkat dengan tingkat yang solid. Kenaikan data lapangan kerja yang solid," ujar the Fed's policy committee dalam sebuah pernyataan.
Adapun tingka suku bunga the Fed naik 1,25 persen menjadi 1,5 persen pada pertemuan kebijakan the Fed pada Desember 2017. Sentimen itu pun berdampak positif ke bursa saham AS atau wall street. Namun, imbal hasil surat berharga AS jadi tertekan.
Pejabat the Fed juga mengakui kalau ekonomi telah meningkat pada 2017. Ini ditunjukkan dari kenaikan perkiraan pertumbuhan ekonomi dan menurunkan tingkat pengangguran di masa mendatang.
Produk Domestik Bruto (PDB) diperkirakan tumbuh 2,5 persen pada 2018. Angka ini naik dari perkiraan 2,1 persen pada September. Sementara itu, tingkat pengangguran turun menjadi 3,9 persen pada 2018 dibandingkan proyeksi terakhir 4,1 persen.
Namun inflasi tetap 2 persen,seperti target the Fed. Namun ada potensi inflasi kembali melemah sehingga menimbulkan kekhawatiran the Fed tidak melihat alasan untuk percepat kenaikan suku bunga yang diharapkan.
Ini berarti, reformasi pajak oleh Presiden AS Donald Trump jika disahkan Kongres akan berlaku tanpa bank sentral merespons dengan bentuk tingka suku bunga dan kekhawatiran lonjakan inflasi yang tinggi.
"Ini menunjukkan setidaknya beberapa anggota the Fed tidak melihat alasan untuk mempertahankan suku bunga dengan ekonomi tumbuh lebih kuat," ujar Kate Warne, Investment Strategist Edward Jones seperti dikutip dari laman Reuters, Kamis (14/12/2017).
Adapun pejabat the Fed melihat tingkat suku bunga naik menjadi 3,1 persen pada 2020. Angka ini di atas target yang diharapkan the Fed 2,8 persen. Ini mengindikasikan kemungkinan kekhawatiran tentang kenaikan tekanan inflasi dari waktu ke waktu.
The Fed juga menyatakan tetap konsisten untuk mengurangi neraca. Pihaknya tidak investasikan kembali surat berharga dan aset berupa sekuritisasi masing-masing US$ 12 miliar dan US$ 8 miliar per bulan.
Â
 Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Â
Advertisement