Mark Zuckerberg Siap Bersaksi di Depan Kongres, Saham Facebook Tergelincir 4,9 Persen

Skandal dimulai pada 16 Maret setelah Facebook (FB) mengatakan pihaknya menangguhkan kerja sama dengan perusahaan analisis data Cambridge Analytica.

oleh Nurmayanti diperbarui 28 Mar 2018, 06:28 WIB
Diterbitkan 28 Mar 2018, 06:28 WIB
Facebook Punya Logo Baru
Logo baru Facebook (Foto: Business Insider)

Liputan6.com, Jakarta Facebook harus kembali menelan pil pahit. Saham perusahaan teknologi ini turun 4,9 persen atau 7,84 poin menjadi USD 152,2 dipicu laporan CEO Mark Zuckerberg setuju untuk bersaksi di depan Kongres terkait skandal data perusahaan.

Melansir laman CNN Money, Rabu (28/3/2018), skandal dimulai pada 16 Maret lalu, setelah Facebook mengatakan pihaknya menangguhkan kerja sama dengan perusahaan analisis data Cambridge Analytica. Perusahaan ini diduga memanen lebih dari 50 juta data pengguna Facebook. Cambridge Analytica merupakan konsultan yang bekerja saat kampanye kepresidenan Donald Trump.

Sejak itu, saham Facebook telah anjlok 18 persen mencapai USD 80 miliar dari nilai pasar perusahaan raksasa jejaring sosial tersebut. Alhasil, kekayaan bersih Zuckerberg juga berkurang hingga USD 14 miliar.

Saham teknologi secara umum ikut terpukul sejak tuduhan terhadap Facebook pertama kali terungkap. Indeks Nasdaq bahkan tercatat turun 6 persen.

Saham perusahaan media sosial yang terimbas, antara lain YouTube, Google dan Twitter. Saham Google, yang merupakan induk usaha Alphabet (GOOGL), turun 7 persen sejak 16 Maret, sementara Twitter anjlok 20 persen.

Hal ini karena investor dilaporkan khawatir Facebook, Google dan Twitter akan terkena pengaturan baru yang lebih ketat dari Pemerintah Amerika Serikat dan di seluruh dunia karena kontroversi Cambridge Analytica.

Hal itu dikhawatirkan bisa menghambat pertumbuhan pada ketiga perusahaan besar tersebut, terutama Facebook.

Investor juga khawatir bahwa pengguna dapat meninggalkan layanan perusahaan ini dengan alasan privasi. Dan jika pengguna pergi, selanjutnya diikuti pengiklan.

Itulah sebabnya beberapa analis Wall Street telah menurunkan target harga dan perkiraan penghasilan mereka untuk Facebook selama satu setengah minggu terakhir. Meski masih ada yang justru meningkatkan prediksinya, dengan alasan bahwa yang terburuk akan segera berlalu dan investor bereaksi berlebihan.

"Skandal itu kemungkinan akan terus muncul, para investor harus menyadari bahwa penjualan berkelanjutan pada sektor ini bukan hal yang  mengejutkan, dan jika skandal lain akan melanda, itu kemungkinan kembali berdampak ke sektor teknologi," kata Craig Birk, Wakil Presiden Eksekutif Manajemen Portofolio Personal Capital dalam sebuah catatannya.

Saham Facebook Kembali Seret Wall Street Turun

Perdagangan Saham dan Bursa
Ilustrasi Foto Perdagangan Saham dan Bursa (iStockphoto)

Wall Street ditutup melemah tajam, dengan indeks utama mengalami penurunan keempat dalam lima sesi, didorong aksi jual pada sektor saham teknologi.

Melansir laman Reuters, Dow Jones Industrial Average turun 344,89 poin, atau 1,43 persen menjadi 23.857,71. Sementara indeks S&P 500 kehilangan 45,93 poin, atau 1,73 persen, menjadi 2.612,62 dan Nasdaq melemah 211,74 poin, atau 2,93 persen, menjadi 7.008,81.

Sektor saham teknologi, di antara sektor berkinerja terbaik di pasar, baru baru ini kembali berada di bawah tekanan yang dipicu kekhawatiran tentang keluarnya peraturan pemerintah yang mengatur sektor ini seiring munculnya kasus Facebook.

"Ada banyak risiko di sini dan investor tidak suka ketidakpastian dan ini merupakan salah satu definisi ketidakpastian," ujar Peter Kenny, Ahli Strategi Pasar Senior Global Markets Advisory Group, di New York

Saham Facebook turun 4,9 persen menjadi US$ 152,22 dan turun hampir 15 persen pada bulan ini. Ini membuat indeks Nasdaq Internet mengalami penurunan persentase harian terburuknya sejak Juni 2016.

Dari 11 sektor utama pada indeks S & P 500, hanya saham konsumen, telekomunikasi, real estate dan utilitas yang berakhir di wilayah positif.

Sejak mencapai rekor pada 26 Januari, ekuitas terpukul kekhawatiran tentang meningkatnya inflasi, laju kenaikan suku bunga oleh Federal Reserve AS, dan kemungkinan terjadinya perang dagang di pasar global. S & P 500 turun 9,1 persen dari level tertingginya.

Penasihat perdagangan Gedung Putih, Peter Navarro, mengkonfirmasi pada hari Senin bahwa para pejabat administrasi Trump telah meminta China untuk memotong tarif mobil impor, mengizinkan kepemilikan mayoritas perusahaan jasa keuangan asing dan membeli lebih banyak semikonduktor buatan AS dalam negosiasi untuk menghindari pengenaan tarif atas sejumlah barang-barang Cina. .

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya