Kemenhub Kaji Pembangunan Bandara Bali Utara

Kementerian Perhubungan (Kemenhub) masih mengkaji pembangunan Bandara Internasional Bali Utara, Buleleng, Bali Utara.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 02 Apr 2018, 18:57 WIB
Diterbitkan 02 Apr 2018, 18:57 WIB
Ground Breaking Bandara Internasional Bali Utara 28-29 Agustus
Peletakan batu pertama (Ground Breaking) North Bali International Airport (NBIA) akan dilaksanakan 28-29 Agustus 2017.

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Perhubungan (Kemenhub) masih mengkaji pembangunan Bandara Internasional Bali Utara, Buleleng, Bali Utara. Bandara tersebut diusulkan dibangun di atas laut.

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengatakan, saat ini pihaknya masih kaji dengan mengumpulkan pendapatan dari berbagai pihak, terkait pembangunan Bandara Bali Utara. Dia menargetkan proses tersebut memakan waktu paling lama tiga bulan.

"Belum masih dikaji. Saya masih mengkaji, semua masih memberikan pendapat, itu dikumpulkan dan dikaji. Bisa diselesaikan kajian dua sampai tiga bulan," kata Budi, di Kantor Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman, Jakarta, Senin (2/4/2018).

Budi menuturkan, penentuan lokasi pembangunan bandara harus dilakukan dengan hati-hati dan  kajian yang matang. Lantaran Bali merupakan tujuan wisata, sehingga pembangunannya tidak berbenturan dengan lokasi wisata. 

"Makanya studi memberikan ruang memilih yang terbaik, karena Bali itu destinasi yang utama. Jadi harus hati-hati memilih dan membangun," ujar dia.

 

Diusulkan Dibangun di Atas Laut

Bandara I Gusti Ngurah Rai, Bali (Dok Foto: Angkasa Pura I)
Bandara I Gusti Ngurah Rai, Bali (Dok Foto: Angkasa Pura I)

Sebelumnya, PT Bandara Internasional Bali Utara (BIBU) mengusulkan pembangunan bandara di daerah Buleleng, Bali Utara, untuk dibangun di atas laut. Ada beberapa hal yang menyebabkan Bandara Bali Utara itu tidak bisa dibangun di darat.

Presiden Direktur BIBU, I Made Mangku, menjelaskan, di Buleleng yang menjadi lokasi rencana pembangunan bandara, terdapat 33 pura dan 21 situs peninggalan sejarah yang tidak mungkin dipindahkan.

"Di sana juga ada jalan raya yang menjadi akses masyarakat sekitar, sawah yang subur, dan juga permukiman penduduk. Karena itu, kita desain offshore atau di atas laut," kata I Made Mangku.

Lokasi di atas air ini, menurutnya memiliki beberapa keuntungan. Selain tidak memakan banyak anggaran untuk pembebasan lahan, pembangunan ini diyakini mampu memberikan lapangan usaha tambahan bagi penduduk sekitar.

I Made Mangku bahkan telah mempersiapkan program peningkatan nilai tambah bagi nelayan yang selama ini melaut di perairan Bali Utara yang menjadi rencana pembangunan Bandara Bali Utara.

Bandara ini memiliki teknologi penyulingan air laut menjadi air bersih layak konsumsi. Teknologi ini selain untuk memenuhi kebutuhan bandara, juga akan didistribusikan ke para nelayan dan penduduk sekitar.

Bahkan, limbah penyulingan bandara ini nantinya juga disalurkan ke petani garam. "Di sini potensi garamnya luar biasa, dan memiliki kualitas garam yang baik. Jadi ini mampu meningkatkan nilai tambah juga bagi masyarakat sekitar," ujar dia.

I Made Mangku mengatakan, pembangunan bandara di Buleleng ini sangat penting mengingat sudah padatnya Bandara I Gusti Ngurah Rai.

Tidak hanya itu, tambahan fasilitas infrastruktur transportasi di Buleleng akan menciptakan keseimbangan ekonomi antara Bali Utara dengan Bali Selatan.

"Karena selama ini ekonomi condong ke selatan. Jadi Bandara Bali Utara ini bisa menjadi sumber pengggerak ekonomi baru di Bali Utara," tutur dia.

 

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya