Kembalikan Kejayaan Produksi, Menko Darmin Luncurkan Peta Jalan Kopi

Menko Bidang Perekonomian Darmin Nasution meluncurkan buku peta jalan (roadmap) kopi. Apa isinya?

oleh Liputan6.com diperbarui 26 Apr 2018, 15:25 WIB
Diterbitkan 26 Apr 2018, 15:25 WIB
Menko Bidang Perekonomian, Darmin Nasution (Dok Foto: Kemenko Bidang Perekonomian)
Menko Bidang Perekonomian, Darmin Nasution (Dok Foto: Kemenko Bidang Perekonomian)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution meluncurkan buku peta jalan (roadmap) kopi. Hal ini dilatarbelakangi karena citra kopi Indonesia yang sudah mendunia dan menjadi komoditas penting bagi negara ini. 

Buku peta jalan kopi ini berjudul Arah Kebijakan Kopi Indonesia Menghadapi Tantangan Kompetisi, Perubahan Iklim, dan Kondisi Kopi Dunia (Strategi Kopi Indonesia Jangka Pendek, Jangka Menengah, dan Jangka Panjang). Sesuai judulnya, berbagai informasi mengenai potensi, tantangan, serta strategi kebijakan jangka pendek hingga panjang pemerintah untuk mengembangkan komoditas kopi dikupas tuntas dalam buku tersebut. 

Penyusunan buku ini dilakukan guna mengumpulkan informasi yang komprehensif mengenai kondisi kopi secara domestik maupun global. Buku tersebut juga memaparkan seluk beluk dunia kopi dari hulu ke hilir hingga strategi yang perlu dilakukan guna mengembangkan potensi kopi Indonesia.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan Indonesia memiliki lahan perkebunan kopi yang luas. Sayangnya, kata dia, produktivitas kopi di Indonesia masih belum optimal. Angka pertumbuhan konsumsi kopi Indonesia per tahun mengalami peningkatan sebesar 6,3 persen dalam lima tahun terakhir.

“Dengan luas lahan perkebunan yang mencapai 1,2 juta hektare, Indonesia belum memaksimalkan produktivitas lahannya,” ujarnya di Graha Sawala Gedung Ali Wardhana, Jakarta, Kamis (26/4/2018).

"Konsumsi dunia akan naik kali lipat. Artinya produktivitas harus diperbaiki 3 sampai 4 kali lipat. Ini perlu roadmap penanaman arabika dan robusta. Sehingga bisa merebut kembali kejayaan produksi dan penanaman kopi," lanjutnya.

Indonesia, kata Darmin, masih belum memiliki strategi yang jelas terhadap arah pengembangan kopi yang benar guna meningkatkan hasil produksinya. Padahal, selama ini hasil produksi kopi Indonesia menempati urutan keempat terbesar di dunia setelah Brasil, Vietnam, dan Kolombia.

 

 

Reporter: Wilfridus Setu Embu

Sumber: Merdeka.com

Masih Tertinggal

Biji Kopi
Ilustrasi Foto Biji Kopi (iStockphoto)

Produktivitas kebun kopi di Indonesia memang masih tertinggal dari negara penghasil kopi yang lebih besar. Bandingkan saja, produktivitas Indonesia hanya 500 kg per hektare, sementara Vietnam produktivitasnya mencapai 2,7 ton per hektare. Padahal, Indonesia memiliki luas lahan yang lebih besar dibandingkan dengan luas lahan di Vietnam yang mencapai 630 ribu hektare.

Untuk itu, pemerintah berupaya untuk menggerakkan kepedulian lebih terhadap kopi dengan cara mengembangkan bibit kopi dengan baik, melakukan penanaman bibit kopi yang tepat untuk jenis tertentu sesuai dengan keadaan wilayah di Indonesia, dan memperbaiki produktivitas kopi melalui buku roadmap kopi.

"Kopi dilemanya selalu kalau kita kita besar-besaran minum kopi, akan over produksi. Dan sekarang situasi itu mulai terjadi. Oleh sebabnya harus dirancang bahwa kopi beda dengan komoditas lain, benihnya itu, variasinya enggak banyak dan selalu masih bisa di kelompok di arabika dan robusta sehingga terjadi penanaman. Setiap kali terjadi, perkebunan kita tidak ada perusahaan besar yang back up bibitnya jadi acak-acakan. Dan produktivitas kita rata-rata hanya setengah ton per hektare," jelas Darmin.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya