Jurus Kementan Jadikan RI Produsen Kopi Nomor 1 di Dunia

Saat ini ada 14 jenis kopi indonesia yang sudah mendapat sertifikat Geographical Indications (GI) sehingga memiliki keunikan.

oleh Septian Deny diperbarui 24 Sep 2017, 06:30 WIB
Diterbitkan 24 Sep 2017, 06:30 WIB
Biji Kopi
Ilustrasi Foto Biji Kopi (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Pertanian (Kementan) tengah gencar mengembangkan kopi dan rempah-rempah. Berbagai program pengembangan perbibitan kopi, peningkatan produktivitas, manajemen usaha tani, pengolahan dan pemasaran digalakan untuk meraih target menjadi nomor satu di dunia.

Saat ini, Posisi kopi Indonesia berada peringkat empat dunia setelah Brazil, Vietnam dan Kolombia.

Menteri Pertanian Amran Sulaiman menyatakan, berdasarkan data FAO, luas areal kopi Brazil hampir 2 juta hektare (ha) dengan produktivtas 1,4 ton per ha. Sementara luas areal kopi di Vietnam 589 ribu ha dengan produktivitas 2,3 ton per ha dan Kolombia luas 795 ribu ha dengan produktivitas 0,9 ton per ha.

Sedangkan kopi Indonesia seluas 1,23 juta ha diantaranya 1,19 juta ha milik perkebunan rakyat dengan produktivitas 0,6 ton per ha.

Mutu kopi Indonesia juga belum stabil, sehingga ekspor saat ini didominasi yaitu sekitar 99 persen masih dalam bentuk kopi biji atau berasan (Coffee excluding roasted and decaffeinated). Sedangkan negara lainya sudah mengekspor kopi olahan.

"Indonesia sangat berpotensi menjadi produsen kopi terbesar dunia. Optimis harus diraih, mengingat Indonesia negara tropis dengan wilayah pegunungan yang membentang dari ujung pulau Sumatera hingga ke Papua, potensial untuk kopi," ujar dia dalam keterangan tertulis di Jakarta, Minggu (24/9/2017).

Amran mengungkapkan kopi khusus (specialty coffee) Indonesia sebenarnya sudah dikenal di Eropa dan Amerika dan menjadi tren dunia saat ini. Specialty coffee tersebut antara lain kopi gayo, kopi mandailing, kopi lampung, kopi bajawa, kopi toraja, kopi lembah baliem.

"Saat ini ada 14 jenis kopi indonesia yang sudah mendapat sertifikat Geographical Indications (GI) sehingga memiliki keunikan yang bisa menjadi nilai tambah perdagangan," ungkapnya.

Dengan demikian, Amran berharap pada tahun depan kopi Indonesia menjadi nomor dua di dunia, dengan cara meningkatkan mutu dan produktivitas menjadi 1 ton per ha. Tahun berikutnya ditingkatkan lagi sehingga menjadi nomor satu dunia. ‎

"Langkah awal yang telah dilakukan, para ahli kopi ditugaskan ke Vietnam untuk mempelajari teknik meningkatkan produktivitas kopi. Selanjutnya pada APBN-P 2017 dan APBN 2018 digenjot dengan peningkatan produkvitias, pengembangan 8.700 ha kawasan kopi, perbenihan 3 sampai 4 juta batang per tahun, pasca panen dan pemasarannya," jelas dia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

Replanting

Kepala Pusat Data dan Sistem Informasi, Kementan, Suwandi menambahkan langkah Kementan guna mendongkrak daya saing kopi Indonesia, yakni pertama, meningkatkan sistem perbibitan, pupuk dan tata kelola air sehingga tahun depan produktivitas naik menjadi 1 ton per ha yang berarti meraih peringkat kedua dunia.

"Kedua, program replanting untuk mengganti tanaman kopi yang kurang produktif," ungkap dia,

Ketiga, memperluas luas areal tanam kopi jenis arabika yang bernilai ekonomi tinggi sehingga populasi kopi robusta dan arabika menjadi seimbang‎. Keempat, lanjut Suwandi, pengembangan kopi dengan jenis kopi khusus (specialty coffee) dari berbagai daerah di Indonesia yang bernilai tinggi.

Kelima, bersama instanasi terkait yaitu Kemenperin, Kemendag, BPOM bersama swasta, Asosiasi Pengusaha dan Petani Kopi Indonesia lebih intensif dan kontinyu mempromosikan kopi Indonesia di dalam maupun ekspor luar negeri terutama ke Amerika Serikat, Jerman dan Jepang serta berupaya mengendalikan impor.

"Pengembangan kopi difokuskan pada 10 provinsi sentra yaitu Sumatera Selatan, Lampung, Sumatera Utara, Jawa Timur, Bengkulu, Aceh, Sumatera Barat, Sulawesi Selatan, Jawa Tengah, dan Nusa Tenggara Timur dengan kontribusi 87 persen produksi nasional, serta 24 provinsi lainnya dengan share 13 persen," papar dia.

Hasilnya, kata Suwandi, berdasarkan data BPS, produksi kopi tahun 2016 sebesar 21.773 ton senilai Rp 14,5 triliun telah dinikmati 1,9 juta rumahtangga petani kopi. Ekspor kopi pada Januari-Agustus 2017 sebesar 335.027 ton atau naik 50 persen dibandingkan periode sama tahun 2016 sebesar 212.514 ton. Kopi turut memberikan kontribusi surplus neraca perdagangan US$ 823 juta.

"Demikian pula sebaliknya, berdasarkan data BPS, impor kopi Januari-Agustus 2017 sebesar 8.776 ton atau turun 63 persen dibandingkan periode sama 2016 sebesar 23.550 ton. Data ekspor impor kopi ini menunjukkan pertanda meningkatnya kualitas dan daya saing produk kopi Indonesia di pasar dunia," tandas dia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya